Jumat, 26 Juli 2013

Mana Pemimpin Pilihanmu ?



Nang deso rame membicarakan tentang pilihan kepala desa....mulai pembicaraan di kehidupan nyata maupun di dumay...akan tetapi ada yang menarik pada pilkades mendatang, meskipun masih tahun depan akan tetapi atmosfer persaingan untuk mendapatkan simpati masyarakat desa gunungsari sudah di mulai sedari sekarang. seperti beberapa waktu lalu dari Bakal Calon (Balon) kades A membagi-bagikan Beras dan uang sebesar Rp 50.000 kepada warga gunungsari sedangkan calon M tidak kalah untuk bergeriliya namun dengan cara yang berbeda bukan dengan gelonotran kekayaan tapi dengan memberikan tausiyah dan pendidikan kepada warga gunungsari.

Sebagai gambaran bahwa memang sudah dikenal khalayak ramai bahwa calon A terkenal dengan kekayaan keluarganya yang dipandang sebagai keluarga mapan. sedangkan Bakal Calon (Balon) Kades M dipandang sebagai seorang tenaga pengajar/pendidik (Guru) baik ditingkat sekolah dasar maupun tingkat sekolah menengah pertama (SMP).
Pertarungan perebutan kursi kepala desa ini sangat menarik untuk diperhatikan karena dari dua calon yang ada cara menarik perhatian masyarakat berbeda, yang satu dengan harta/uang dan yang satu dengan ilmu/kecerdasan/intelektual.

Yang perlu dicermati adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa membangun sebuah desa bukan dilihat dari kekayaan keluarga, karena desa dibangun bukan dari uang keluarga tetapi dari bagaimana dia bisa meyakinkan Pemerintah Daerah baik dari Tingkat Kecamatan sampai Kabupaten. Oleh sebab itu dibutuhkan seorang pemimpin yang bisa masuk ke pemerintahan serta pandai dalam negosiasi dengan pemerintah, karena dana bantuan dari kabupaten ke masing-masing desa berbeda-beda, jika seorang kepala desa tidak menguasai birokrasi maka alamat desa akan makin terpuruk. Terlebih lagi jika kepala desa yang hendak mencalonkan diri mengeluarkan dana yang besar dapat diperkirakan jalur-jalur korupsi akan terbuka lebar.

Terlebih jika calon yang diusung tidak mengetahui alur birokrasi yang ditetapkan oleh pemerintah desa, maka akan kalah mendapatkan bantuan dana dari pemkab dan akan menjadi desa tertinggal dan akan mundur kebelakang, akibatnya para pemuda banyak yang meninggalkan desa, karena desa kurang bisa menyediakan kebutuhan para pemuda. Dan lembaga-lembaga keorganisasian baik yang profit, setengah profit maupun non profit akan terbengkalai yang disebabkan karena salah dalam memilih seorang kepala desa.

Terkadang kita salah berpikir mengenai pemimpin yang merakyat, ada yang menganggap pemimpin yang merakyat adalah ketika pemimpin tersebut bersedia melakukan apapun yang dikatakan rakyatnya. Seperti ketika ada warga yang mengajak pemimpinnya untuk minum-minum (ditempat exclusive maupun kelas merakyat) pemimpin tersebut bersedia datang dan ketika diajak datang dzikir bareng pemimpin tersebut juga bersedia untuk datang, itulah kriteria pemimpin yang dianggap merkayat saat ini. Jika tingkah laku tersebut sebagai tolok ukur seorang pemimpin maka jangan heran jika suatu saat ada masjid disampingnya orang jualan toak. Bukankah pemimpin yang baik dan merakyat itu pemimpin yang selalu ada untuk rakyat, saling mengingatkan jika ada salah satu lupa/melakukan kesalahan dan berani serta bisa memperjuangan aspirasi rakyatnya sampai ke tingkat kabupaten.

Oleh karena itu memilih seorang pemimpin dalam hal ini kepala desa, pilihlah pemimpin yang bisa memperjuangankan aspirasi masyarakat gunungsari, pemimpin yang memiliki moralitas tinggi, pemimpin yang bisa diandalkan dalam membangun desa dan pemimpin yang merakyat. Dan jangan memilih pemimpin yang terlalu royal membagi-bagikann duit, karena bisa-bisa jatah raskinmu kelak diembat juga.

*** DESA DIBANGUN DARI UANG RAKYAT DAN APBD. DESA TIDAK DIBANGUN DARI UANG PRIBADI DAN UANG KELUARGA ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar