( Salahsatu Peternakan Sapi Bali di kabupaten Bintan. Prov. Kepri. 2012)
Ternak sapi merupakan salah satu potensi yang bisa dikembangkan di Bintan, baik untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat setempat maupun sebagai langkah untuk mewujudkan swasembada daging. Masyarakat Bintan sendiri sudah ada yang memiliki ternak sapi, sapi pribadi (sapi yang diadakan menggunakan uang pribadi) maupun sapi bantuan pemerintah. Program bantuan sapi yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten Bintan (dalam hal ini diperankan oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bintan) terdiri atas sapi penggemukan (bantuan sapi untuk digemukkan lantas dijual ketika sudah diyakini mendapatkan keuntungan) dan sapi pengembang biakan (bantuan sapi untuk dikembang biakkan).
Pak Franoto membersihkan kotoran sapi di kandangnya setiap hari sehingga tidak terdapat kotoran sapi yang menumpuk di sekitar kandangnya. Kandang juga selalu diberikan asap yang cukup sebagai disinfectan alami untuk mencegah datangnya serangga-serangga yang membahayakan kesehatan sapinya.
Pak Franoto juga memiliki lahan rumput pribadi seluas 1 hektar yang ditanami rumput gajah dan rumput king grass. Sediaan rumput ini telah mencukupi kebutuhan hijauan harian bagi sapi-sapinya sehingga pak Franoto tidak perlu mencari rumput di luar. Pak franoto memilih ampas kedelai sebagai pakan konsentratnya dengan pertimbangan ampas kedelai lebih higienis karena telah dimasak sebelumnya.
(Salah satu Pelayanan Kesehatan hewan di kab. Bintan. Kepri.)
Sapi-sapi pak franoto juga terlihat sehat karena setiap hari yaitu pagi sampai menjelang sore dilakukan exercise dengan menambatkan mereka pada pohon-pohon atau tiang-tiang yang tersedia di padang rumput karpet di dekat kandangnya. Hl ini dilakukan agar mereka mendapatkan sinar matahari cukup serta memperkuat otot-ototnya sehingga didapatkan daging yang padat.
Kandang sepertinya merupakan tempat tinggal dan tempat tidur utama Pak Franoto dibandingkan rumah atau kamar tidurnya yang sebenarnya sehingga belia sangat tanggap terhadap perubahan-perubahan pada kondisi sapinya. Sapi-sapi yang memiliki gejala sakit dapat dikenalinya dan beliau langsung memberitahu petugas kesehatan hewan tanpa menunggu sakit yang lebih parah, seperti ambruk misalnya. Untuk dihasilkan sapi dengan kualitas bagus, kandang juga harus rajin dibersihkan, jangan sampai kotoran menumpuk. Berbagai jenis penyakit sapi yang sering ditemukan di Bintan biasanya cacingan, timpani, hipokalcemia dan parasit darah.
Saat ini, pak Franoto telah mempersiapkan kandang-kandang untuk calon pedet-pedetnya karena terdapat 8 ekor sapi betina yang bunting. Sebagai bukti totalitas Pak Franoto dalam beternak sapi yaitu, beliau memahami bahwa garam mineral merupakan hal penting yang dibutuhkan sapi betina yang sedang bunting sehingga beliau selalu mengupayakan garam mineral untuk mereka. Berdasarkan saran dari petugas harian lepas dari Departemen Pertanian yang ditempatkan di Puskeswan Kabupaten Bintan Dody Indra, A.md, garam-garam tersebut diberikan melalui media tabung bambu dengan alasan agar lebih irit. Pak franoto hafal dengan usia kebuntingan sapi-sapinya secara mendetil dalam hitungan hari. Sifat antara sapi satu dengan sapi lainnya pun beliau hafal sehingga lebih mudah dalam memperlakukannya, seperti hal yang disukai, kebiasaan di kandang, dan hal yang tidak disukai dari sapinya.
Segala hal jika dilakukan dengan niat sepenuh hati,perencanaan yang matang dan pengetahuan yang memadai, maka akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Semoga saja hal ini dapat menginspirasi masyarakat Bintan bahwa beternak sapi adalah hal yang menjanjikan untuk masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar