Selasa, 11 Juni 2013

Pengusaha sukses : Edisi (Abu Rizal Bakrie)



Nama: 
Ir. H. Aburizal Bakrie
Lahir: 
Jakarta, 15 November 1946
Agama:
Islam
Profesi:
Pengusaha

Pendidikan:
Fakultas Elektro, Institut Teknologi Bandung, lulus tahun 1973



Pekerjaan:
1992 - sekarang : Komisaris Utama/Chairman, Kelompok Usaha Bakrie
1989 – 1992 : Direktur Utama PT. Bakrie Nusantara Corporation
1988 – 1992 : Direktur Utama PT Bakrie & Brothers
1982 – 1988 : Wakil Direktur Utama PT. Bakrie & Brothers
1974 –1982 : Direktur PT. Bakrie & Brothers
1972 – 1974 : Asisten Dewan Direksi PT. Bakrie & Brothers

Organisasi:
2000 – 2005 : Anggota Dewan Pakar ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia)
1999 – 2004: Ketua Umum KADIN (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) periode II
1996 – 1998: Presiden, Asean Chamber of Commerce & Industry
1996 – 1997: International Councellor, Asia Society
1994 - 1999: Ketua Umum KADIN periode I
1993 – 1998: Anggota, Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR) – periode II 
1993 – 1995: Anggota Dewan Penasehat, International Finance Corporation
1993 – 1995: Presiden ASEAN Bisnis Forum (d/h Institute of South East Asian
Business) – periode II
1991 - 1993: Presiden ASEAN Bisnis Forum (d/h Institute of South East Asian
Business) – periode I
1989 – 1994: Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia
1988 – 1993: Wakil Ketua Umum, KADIN Bidang Industri dan Industri Kecil
1988 - 1993: Anggota, Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR) – periode I
1985 – 1993: Ketua Bidang Dana PBSI (Persatuan Bulu Tangkis Indonesia)
1984-sekarang : Anggota, Partai Golongan Karya
1984 – 1988: Wakil Ketua, Asosiasi Kerjasama Bisnis Indonesia – Australia
1977 – 1979: Ketua Umum, HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia)
1976 – 1989: Ketua Umum, Gabungan Pabrik Pipa Baja Seluruh Indonesia
1975: Ketua Departemen Perdagangan HIPMI
1973 – 1975: Wakil Ketua Departemen Perdagangan, HIPMI

Penghargaan:
1997: Penghargaan “ASEAN Business Person of the Year” dari the ASEAN Business 
Forum
1995: Pengharagaan “Businessman of the Year” dari Harian Republika
1986: Penghargaan “The Outstanding Young People of the World” dari the Junior
Chamber of Commerce

Alamat Rumah:
Jl. Ki Mangunsarkoro No.42, Menteng
Jakarta – 10310


Aburizal Bakrie (1)

Pengusaha Jadi Menko Perekonomian



Menteri Koordinator Bidang Perekonomian ini seusai serah terima jabatan dengan Dorodjatun Kuntjoro-Jakti (21/10/2004) mengatakan, untuk menggerakkan sektor riil, pemerintah tidak lagi hanya mengandalkan dana yang berasal dari fiskal. Pemerintah juga harus bisa memanfaatkan dana perbankan, Jamsostek, atau lainnya yang dapat digunakan sebagai dana jangka panjang.

Mengenai konsep untuk mengatasi penyelundupan, Aburizal mengatakan, saat masih di Kamar Dagang dan Industri (Kadin), ia sudah mencoba mengatasi penyelundupan dengan pemerintah, tetapi belum berhasil. Kali ini pemerintah akan fokus untuk memerangi penyelundupan.

"Penyelundupan sudah merusak produsen pertanian dan manufacturing, jadi harus ada gerakan untuk mengatasi hal itu. Saya sebenarnya mendapat pengarahan dari Bapak Presiden yang mengatakan beliau akan mengadakan inspeksi mendadak pada poin yang krusial dan berbahaya," ujar 
 

Mantan Ketua Umum Kadin Indonesia ini sebelum diangkat menjadi Meko Prekonomian Kabinet Indonesia Bersatu, sempat menjadi salah satu kandidat calon presiden yang memenangi lima besar dalam Konvensi Partai Golkar. Putera sulung pengusaha H Achmad Bakrie kelahiran Jakarta 15 November 1946 ini pada awal pencalonan didukung tidak kurang dari ketiga ormas Trikarya Golkar (SOKSI, Kosgoro, dan MKGR).

Boss Bakrie Group ini tetap eksis dalam dunia usaha. Ia salah satu dari konglomerat yang mampu bertahan dari badai ekonomi yang melanda negeri ini.

Jabatan Ketua Umum Kadin Indonesia yang dipangkunya sejak 1994 hingga tahun depan, telah mengantarnya untuk berkutat pada persoalan-persoalan nasional yang lebih besar daripada persoalan-persoalan yang dialami perusahaannya sendiri.

Saat ini, perjalanan karier alumni jurusan elektro ITB tahun 1973 sedang dalam proses menuju posisi orang nomor satu di negeri ini. Dia kini sangat sibuk menyosialisasikan visi dan misi sebagai salah seorang bakal calon presiden dari Partai Golkar.

Namun sesibuk apa pun dia, ternyata masih sempat menikmati hobinya, yaitu menyanyi dan olahraga. Sementara menari atau dansa, kurang disukainya. "Saya bisa cha-cha dan waltz, tetapi tidak begitu menikmati. Saya berdansa hanya untuk menyenangkan orang yang mengajak. Lain kalau menyanyi, saya senang sekali. Apa pun lagunya saya senang, terutama lagu-lagu romantis," katanya kepada Kompas.


Tentang olahraga, Ical mengaku dirinya benar-benar disiplin melakukannya. Tiga jam setiap hari. Dia juga tidak merokok. 
Makanya, Ical paling marah kalau melihat pegawainya merokok.



Tentang perekonomian nasional, menurutnya,  bisa tumbuh lebih cepat dibandingkan sekarang bila pemerintah lebih serius mengembangkan potensi pasar domestik sebagai motor penggerak ekonomi nasional.

Ekonomi Indonesiasudah ada perbaikan dan kemajuan, tapi ekonomi kita bisa tumbuh lebih tinggi dari 3,5 persen dengan dukungan ekonomi domestik yang lebih kuat. Kebijakan memperkuat ekonomi domestik memiliki nilai sangat strategis bagi pemulihan ekonomi,` ujarnya di Jakarta, Minggu. 

Dikemukakan, pasar domestik yang kuat akan membantu pelaku usaha di dalam negeri untuk bersaing dan meningkatkan kinerja mereka yang secara signifikan akan berdampak pada perluasan kesempatan kerja.
 

Ical lahir di Jakarta, 15 November 1946, berkibar dengan perusahaan yang dirintis keluarganya, PT Bakrie & Brothers Tbk, sejak 1942. Ical adalah lulusan Fakultas Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung 1973. Jabatan di Bakrie & Brothers yang pernah dipegang, antara lain, direktur utama PT Bakrie Nusantara Corporation pada 1989-1992, Dirut PT Bakrie & Brothers 1988-1992, dan komisaris utama Kelompok Usaha Bakrie pada 1999-2004.


Ical juga aktif di organisasi. Periode 2000-2005, dia menjadi anggota Dewan Pakar ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia); 1999-2004, menjadi ketua umum Kadin (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) periode II; 1996-1998, menjabat presiden Asean Chamber of Commerce & Industry; dan 1993-1998, anggota Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR)-periode II.


Aburizal Bakrie (2)

Mencoba Keberuntungan



Mantan Ketua Umum Kadin Indonesia ini mencoba keberuntungan politik dengan ikut menjadi salah satu kandidat calon presiden dalam Konvensi Partai Golkar. Putera sulung pengusaha H Achmad Bakrie kelahiran Jakarta 15 November 1946 ini pada awal pencalonan didukung tidak kurang dari ketiga ormas Trikarya Golkar (SOKSI, Kosgoro, dan MKGR). Kemudian ia pun masuk dalam tujuh besar pemenang prakonvensi yang akan bertanding pada Konvensi Capres Partai Golkar selepas Pemilu Legislatif.



Bos Bakrie Group ini hingga kini tetap eksis dalam dunia usaha. Ia salah satu dari konglomerat yang mampu bertahan dari badai ekonomi yang melanda negeri ini.
Jabatan Ketua Umum Kadin Indonesia yang dipangkunya sejak 1994 yang berakhir tahun 2004 ini, telah mengantarnya untuk berkutat pada persoalan-persoalan nasional yang lebih besar daripada persoalan-persoalan yang dialami perusahaannya sendiri.



Saat ini, perjalanan karier alumni jurusan elektro ITB tahun 1973 sedang dalam proses menuju posisi orang nomor satu di negeri ini. Dia kini sangat sibuk menyosialisasikan visi dan misi sebagai salah seorang bakal calon presiden dari Partai Golkar.



Namun sesibuk apa pun dia, ternyata masih sempat menikmati hobinya, yaitu menyanyi dan olahraga. Sementara menari atau dansa, kurang disukainya. “Saya bisa cha-cha dan waltz, tetapi tidak begitu menikmati. Saya berdansa hanya untuk menyenangkan orang yang mengajak. Lain kalau menyanyi, saya senang sekali. Apa pun lagunya saya senang, terutama lagu-lagu romantis,” katanya kepada Kompas.
Tentang olahraga, Ical mengaku dirinya benar-benar disiplin melakukannya. Tiga jam setiap hari. Dia juga tidak merokok. Makanya, Ical paling marah kalau melihat pegawainya merokok.



Tentang perekonomian nasional, menurutnya, bisa tumbuh lebih cepat dibandingkan sekarang bila pemerintah lebih serius mengembangkan potensi pasar domestik sebagai motor penggerak ekonomi nasional.



Ekonomi Indonesiasudah ada perbaikan dan kemajuan, tapi ekonomi kita bisa tumbuh lebih tinggi dari 3,5 persen dengan dukungan ekonomi domestik yang lebih kuat. Kebijakan memperkuat ekonomi domestik memiliki nilai sangat strategis bagi pemulihan ekonomi,” katanya menjelaskan. Dikemukakan, pasar domestik yang kuat akan membantu pelaku usaha di dalam negeri untuk bersaing dan meningkatkan kinerja mereka yang secara signifikan akan berdampak pada perluasan kesempatan kerja. ► e-ti/Majalah Tokoh IndonesiaVolume 09


Aburizal Bakrie (3)

Akan Memberantas Penyelundup



Sebelum menjabat menteri, tokoh yang satu ini adalah trade mark-nya Kadin (Kamar Dagang dan Industri). Sebutan itu bukan tidak beralasan. Selama sepuluh tahun (periode 1994-1999 dan 1999-2004) menukangi Kadin, Aburizal Bakrie berhasil membawa organisasi pengusaha itu sangat berpengaruh dalam pengambilan kebijakan pemerintah.

Kini Ical -sapaan Aburizal- pindah "kamar". Bila sebelumnya hanya sebatas mempengaruhi kebijakan pemerintah, kini dia menjadi penentu kebijakan. Ical dipercaya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi Menko Perekonomian. Sebagai mantan pejabat Kadin, apakah Ical akan membekingi kepentingan pengusaha? Meneruskan kepentingan Kadin? Bagaimana pula prospek bisnis Grup Bakrie? Berikut petikan wawancaranya dalam sebuah kesempatan.

Pada saat ditawari SBY jadi menteri, apa poin penting yang dibicarakan? 
 


Pembicaraan itu berlangsung rileks dan terbuka. Sebagai orang yang terjun di dunia bisnis, saya berbicara dan berdiskusi mengenai berbagai langkah ekonomi yang harus dilakukan pemerintah dengan cepat. Ini agar dunia usaha sebagai penopang ekonomi bisa tumbuh dengan baik. 
 


Saya juga jelaskan mana yang harus menjadi prioritas pertama dan mana yang akan menjadi prioritas kedua dan seterusnya. Saya juga mengatakan kepada Pak Yudhoyono, semua konsep itu sudah saya siapkan dengan matang. Jika kemudian saya terpilih, saya sudah siap dan tinggal koordinasi saja antar departemen. Oh ya, saya ketika dipanggil hari Sabtu 17 Oktober 2004, sore hari. 

Awalnya, penunjukan Anda sempat menjadi pro-kontra publik. Bagaimana Anda menjawab keraguan itu saat ini?



Begini. Bagi saya, pro-kontra itu wajar. Itu demokratis. Tapi, yang perlu saya jelaskan adalah saya ini akan berjalan dan bertindak dalam kapasitas sebagai seorang menteri koordinator. Saya membuat prioritas-prioritas kebijakan ekonomi untuk mendorong kerja lima tahun ke depan. Itu sudah mencakup semua aspek perekonomian. 

Ada lima prioritas yang saya susun untuk memperbaiki kondisi perekonomian. Pertama, saya tegaskan, pemerintah akan menggunakan seluruh sumber pendanaan yang ada di dalam negeri untuk membiayai kebutuhan pembangunan sarana penunjang yang saat ini masih kurang.

Misalkan industri makanan dengan pertanian. Jika industri pertanian diproteksi, maka pada saat yang sama, industri makanan akan terpukul karena akan sulit untuk diekspor. Contoh lainnya adalah industri baja dengan makanan. Jika industri baja diproteksi, maka harga kaleng akan menjadi mahal sehingga makanan dalam kemasan kaleng tidak bisa ekspor akibat harga kemasan yang terlalu tinggi.

Kedua, pemerintah akan segera menetapkan jenis strategi industri yang akan diambil oleh Indonesia, yang diharapkan akan berjalan dalam tiga hingga lima tahun kemudian. Keputusan mengenai strategi industri ini harus dilakukan lebih awal. 

Prioritas ketiga dalah pembangunan ekonomi domestik. Ini menyangkut pembangunan pasar, pelaku usaha, produksi, hingga pembiayaannya.

Khusus untuk masalah pembiayaan, pemerintah mendatang harus melihat loan to deposit ratio (LDR/rasio kredit) yang saat ini 53 persen. Dari Rp 450 triliun tabungan masyarakat di perbankan nasional, hanya Rp 190 triliun yang dikembalikan kepada masyarakat. Artinya, pemerintah akan secara hati-hati dan transparan menggunakan sumber-sumber dana yang ada di dalam negeri tadi untuk membiayai pembangunan ekonomi domestik.

Prioritas keempat, pemerintahan akan fokus membangun infrastruktur yang saat ini sudah sangat hancur. Berdasar studi yang dilakukan di Kadin, paling tidak perlu USD 150 miliar untuk membangun infrastruktur selama 10 tahun.

Dari USD 150 miliar tadi, USD 98 miliar atau sekitar Rp 900 triliun per tahun di antaranya dapat dibiayai oleh pihak swasta. Pemerintah harus menyediakan dana paling sedikit USD 52 miliar selama sepuluh tahun atau Rp 450 triliun per tahun. 

Prioritas terakhir adalah kebijakan di bidang energi. Dalam jangka waktu enam bulan hingga satu tahun, kebijakan energi tersebut akan disusun lebih serius oleh pemerintah. Menurut saya, seluruh energi yang ada dapat disalurkan ke pusat-pusat konsentrasi penduduk, terutama ke Pulau Jawa. 

Ini bisa menggunakan sistem pipanisasi dari daerah kaya energi, seperti Kalimantan. Jumlah dana yang diperlukan untuk melakukan pipanisasi itu hanya USD 2,5 miliar sampai USD 3 miliar atau sekitar Rp 30 triliun.

Program prioritas 100 hari? 
 


Yang menjadi fokus utama kita, yakni menggerakkan sektor riil, pemerintah tidak lagi hanya mengandalkan dana yang berasal dari fiskal. Pemerintah harus bisa memanfaatkan dana perbankan, Jamsostek, atau lainnya yang dapat digunakan sebagai dana jangka panjang.

Dulu, Anda pernah bersuara keras soal penyelundupan. Bagaimana setelah Anda jadi pejabat?



Itu cita-cita saya yang belum kesampaian. Penyelundupan kini masih marak. Mulai gula, kayu, hingga beras. Saat saya masih aktif di Kadin, saya sudah mencoba mengatasi penyelundupan ini dengan pemerintah, tetapi masih belum berhasil. Kali ini saya tegaskan, pemerintah akan fokus untuk memerangi penyelundupan. Saya sudah duduk di pemerintahan.



Karena penyelundupan sudah merusak produsen pertanian dan manufacturing, jadi harus ada gerakan untuk mengatasi hal itu. Saya sebenarnya mendapat pengarahan dari Bapak Presiden yang mengatakan bahwa beliau akan mengadakan inspeksi mendadak pada poin yang krusial dan berbahaya. Jadi, cita-cita saya untuk memberantas penyelelundupan akan saya realisasikan sekarang. 

Sekarang bagaimana kelangsungan bisnis Grup Bakrie?



Sejak saya memutuskan untuk mengikuti konvensi Partai Golkar, saya sudah melepaskan kegiatan bisnis saya. Itu semua sudah ada yang ngurus. Jadi, saya tetap akan berkonsentrasi untuk melaksanakan tugas yang diamanahkan kepada saya sebagai menteri koordinator bidang perekonomian. Artinya, saya akan bersikap profesional. Kepentingan negara tetap saya utamakan. 

Setelah Anda menteri, ide dan usul Kadin akan terpakai terus? 
 


Saya tegaskan, saya akan profesional. Saya ini menteri dari pos profesional. Jadi, setelah jadi menteri, saya tetap akan profesional. Tapi, ide-ide teman Kadin yang saya nilai baik dan bagus sebagai sebuah kontribusi ekonomi kepada negara tetap diakomodasi. 

Sebagai menteri koordinator, bagaimana Anda mengendalikan para menteri teknis?




Insya Allah, dengan komitmen untuk memajukan bangsa dan negara ini, saya dan anggota kabinet lainnya akan bekerja sama seoptimal mungkin dan sebaik mungkin. ► e-ti/Indo Pos 8 November 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar