Tampilkan postingan dengan label agro. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label agro. Tampilkan semua postingan

Jumat, 17 Mei 2013

Cegah Kanker Kulit Dengan Biji Anggur





Selama ini orang mengenal anggur sebagai buah yang enak dan menyehatkan. Tahukah Anda, makan anggur sekaligus bijinya ternyata jauh lebih berkhasiat karena kandungan antioksidannya yang mampu meredam risiko kanker kulit?
Selama ini orang mengenal anggur sebagai buah yang enak dan menyehatkan. Tahukah Anda, makan anggur sekaligus bijinya ternyata jauh lebih berkhasiat karena kandungan antioksidannya yang mampu meredam risiko kanker kulit?
Sebagian orang pasti berpikir dua kali jika diajak makan anggur dengan bijinya sekaligus. Mungkin terasa aneh karena selama ini orang sengaja membuang bijinya. Bahkan, saat sedang asyik menikmati, akan merasa risih jika ada biji yang tersangkut, dan spontan melepehnya. Tak heran, orang lebih mencari buah anggur dengan sedikit atau tanpa biji.

Mulai sekarang, buang rasa enggan itu. Pasalnya, berbagai penelitian mengungkapkan, selain kaya antioksidan, anggur potensial dikembangkan sebagai solusi alami antikanker, terutama meredam kelainan sel kulit akibat terpapar sinar matahari. Artinya, seperti kulit dan daging buahnya, biji-biji anggur pun berlimpah senyawa berkhasiat.
Itulah kesimpulan peneliti dari Universitas Alabama, Amerika Serikat, terhadap tikus percobaan. Dalam risetnya, sekelompok tikus tanpa bulu diekspos sinar ultraviolet (UV). Beberapa diberi makanan tambahan (ekstrak) mengandung bahan kimia berasal dari biji anggur (grape seed proanthocyanidins/GSPs), sedangkan tikus lain diberikan makanan biasa tanpa suplemen.
Berdasarkan pengamatan dan hasil tes laboratorium, tikus yang diberi tambahan ekstrak GSPs bereaksi positif dan cukup efektif menghambat pengaruh buruk UV, yang bisa mencetuskan zat karsinogenik (pencetus kanker). Tumor yang ada di tubuh tikus-tikus itu 78 persen lebih kecil daripada yang tidak diberi ekstrak biji anggur.
Tekan pembentukan estrogen Dalam presentasi yang disampaikan Dr Santosh K Katiyar dalam suatu konferensi tahunan American Chemical Society, disebutkan bahwa GSPs memiliki antioksidan aktif. Seperti diketahui, sinar UV bisa menghambat sistem kekebalan dan masalah tersebut bisa dihindari berkat GSPs.
Ia menganjurkan konsumsi ekstrak GSPs secara teratur sebagai suplemen harian untuk meningkatkan imunitas tubuh dari serangan radikal bebas sekaligus menekan risiko dan menghindari bahaya kanker kulit.
Sementara itu, peneliti Shiuan Chen PhD dari Beckman Research Institute of the City of Hope menjelaskan bahwa jus anggur (dengan bijinya) efektif menekan pertumbuhan sel kanker dengan mencegah sintesis hormon estrogen yang berperan besar dalam perkembangan kanker payudara.
Melalui tes laboratorium, jus buah dan biji anggur terbukti mampu menghentikan produksi hormon estrogen dalam sel. Penelitian terakhir menggunakan tikus yang ditanami sel tumor menunjukkan, ukuran tumor tikus yang diberi 0,5 mililiter jus anggur selama lima minggu hanya sepertiga dari yang tidak diberi jus anggur. Penelitian tahun lalu menunjukkan, ekstrak anggur merah (bukan anggur putih) mengandung senyawa yang sama dengan yang ada di jus anggur dan dapat menekan pembentukan estrogen.
Pilih warna gelap Di dalam negeri memang belum ada penelitian resmi, barangkali karena negeri kita bukan penghasil dan konsumen anggur besar. Namun, secara empiris, diakui manfaat biji dan buah anggur bagi kesehatan.
Hal itu seperti diungkapkan Pudji Rahayu, pengembang tanaman obat di Depok, Jawa Barat. Sudah lama ia memanfaatkan biji anggur sebagai campuran jus untuk ramuan peningkat daya tahan tubuh.
”Tak usah banyak-banyak, cukup lima sampai sepuluh butir buah anggur jika dijadikan campuran buah atau herba lain. Sebaiknya pilih yang berwarna gelap, seperti ungu dan biru, karena bijinya lebih banyak. Cara ini memudahkan bagi yang kemampuan mengunyahnya mulai berkurang, terutama kaum usia lanjut,” katanya.
Meski begitu, perlu diperhatikan bahwa mengonsumsi anggur bersama kulit buah dan bijinya bisa membuat iritasi pada penderita gangguan lambung. Karena itu, bila pencernaan Anda termasuk sensitif, sebaiknya jangan mengosumsi ketika perut kosong. Latihlah pencernaan Anda dengan mengosumsinya dalam jumlah terbatas sambil mengamati reaksinya.
Jadi, mulai sekarang tentu tak ada alasan lagi untuk menolak makan anggur bersama kulit dan bijinya karena lebih bermanfaat dan berkhasiat.
Sumber: KCM @ Lalang Ken Handita

Kamis, 16 Mei 2013

Faktor Produksi Tanah




Pada dasarnya faktor produksi tanah terdiri dari beberapa faktor seperti air, udara, temperatur dan sinar matahari. Semuanya secara bersama menentukan jenis tanaman yang dapat diusahakan atau sebaliknya jenis tanaman tertentu, untuk dapat tumbuh baik dan berproduksi tinggi menghendaki jenis tanah tertentu, air sekian banyak dengan pengaliran tertentu, temperatur udara sekian, kelembaban sekian persen dan penyinaran sekian. Sementara pada faktor tanah itu sendiri diperlukan lagi subfaktor seperti keadaan fisik dan kesuburannya. Semua keadaan inilah yang akan mengarahkan kita pada pengelolaan usaha tani dan usaha pertanian.
   Pengusahaan pertanian selalu didasarkan atau dikembangkan pada luasan lahan tertentu, walaupun akhir-akhir ini dijumpai pengusahaan pertanian yang tidak semata-mata dikembangakan pada luasan tertentu, tetapi pada sumber daya lain seperti media air ataupu yang lainnya. Pengusahaan pertanian yang biasanya menggunakan bioteknologi ini biasanya dapat dijumpai pada usaha pertanian hidroponik, budidaya jaringan (tissue culture) dan sebagainya.
Keberadaan faktor produksi tanah, tidak hanya dilihat dari segi luas atau sempitnya saja, tetapi juga dari segi lainnya, seperti jenis tanah, macam penggunaan lahan (tanah sawah, tegalan dan lain lain), topografi (tanah dataran tinggi dan dataran rendah), pemilikan tanah, nilai tanah, fragmentasi tanah dan konsolidsi tanah.
1.        Luas penguasaan lahan
Luas pengusaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Dalam usaha tani misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efisien dibanding lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha, semakin tidak efisien usaha tani yang dilakukan. Kecuali bila usaha tani dijalankan dengan tertib dan administrasi yang baik serta teknologi yang tepat. Tingkat efisiensi sebenarnya terletak pada penerapan teknologi. Karena pada luasan lebih sempit, penerapan teknologi cenderung berlebihan (hal ini erat hubungannya dengan konversi luas lahan ke hektar) dan menjadikan usaha tidak efisien. Petani kurang perhitungan terutama dalam pemberian masukan seperti pupuk. Padahal sebenarnya pada lahan sempit justru efisiensi usaha lebih mudah diterapkan, karena mudahnya pengawasan dan penggunaan masukan, kebutuhan tenaga kerja sedikit serta modal yang diperlukan juga lebih sedikit dan lebih mudah diperoleh. Tetapi kenyataan di lapang justru hal pertama yang lebih banyak dijumpai.
2.        Jenis tanah
Jenis tanah perlu menjadi perhatian dalam proses usaha tani dan usaha pertanian. Karena jenis tanah akan mengarahkan petani kepada pemilihan komoditasyang sesuai, pilihan teknologi serta metode pengolahan tanah. Diketahui tanah diklasifikasikan atas beberapa ordo, sub-ordo, grup, sub-grup, famili dan seri yang masing-masingnya memiliki sifat dan ciri tersendiri. Disamping itu, jenis tanah juga mengarahkan petani pada keadaan tanah yang dimiliki atau dikuasainya. Bagaimana bahan penyusun tanahnya (kandungan mineral, bahan organik, air dan udara), keadaan fisiknya (warna tanah, batas-batas horizon, tekstur, struktur, konsistensi, drainase, kerapatan limbak, keadaan pori-pori, tingkat kematanagan tanah dan sifat fisik lainnya) dan keadaan kimianya (reaksi atau pH tanah, koloid tanah, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, unsur hara esensial dan kandungan unsur hara). Dengan mengetahui ini semua, petani ataupun pengusah pertanian akan lebih mudah mengambil kebijakan atau tindakan untuk menjadikan usahanya efisien dan menguntungkan.
3.        Fungsi tanah alam usaha dibidang pertanian
Sebenarnya untuk sebuah usaaha dibidang pertanain, penilain terhadap tanah tidaklah cukup, tetapi juga harus dilengkapi dneg penilain “sosial ekonomis”. Unsur-unur sosial ekonomis yang melekat pada tanah dan memiliki peranan dalam pengelolaan usaha tani cukup beragam, diantaranya yaitu (a) kekuatan atau kemampuan potensial dan aktual dari tanah, (b) kapasitas ekonomis, efisiensi ekonomis dan daya saing dari tanah,  (c) produktivitas tanah dan (d) nilai sosial ekonomis dari tanah.
Daftar Pustaka
Daniel, Moehar. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT. Bumi Aksara. Jakarta

Selasa, 14 Mei 2013

Budidaya Pisang




SYARAT TUMBUH
Pisang dapat tumbuh di daerah tropis baik di dataran rendah maupun dataran tinggi dengan ketinggian tidak lebih dari 1.600 m di atas permukaan laut (dpl). Suhu optimum untuk pertumbuhan adalah 27°C, dan suhu maksimumnya 38°C, dengan keasaman tanah (pH) 4,5-7,5. Curah hujan 2000-2500 mm/tahun atau paling tidak 100 mm/bulan. Apabila suatu daerah mempunyai bulan kering berturut-turut melebihi 3 bulan maka tanaman pisang memerlukan tambahan pengairan agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.

TEKNOLOGI BUDIDAYA

1.      Pembibitan
Salah faktor yang mementukan keberhasilan usaha tani pisang adalah tersedianya bibit yang berkualitas, yaitu bibit yang bebas hama penyakit dan sehat. Selain itu jumlahnya harus cukup dan jenis pisangnya sesuai dengan yang diinginkan. Untuk menyediakan bibit pisang adalah dengan memanfaatkan rumpun pisang sehat. Bibit bisa diperoleh dari tunas, anakan, bonggol dan bit yang diperbanyak secara tradisional maupun kultur jaringan. Teknologi perbanyakan dengan kultur jaringan hanya dapat dilakukan oleh perusahaan besar karena biaya investasi awal yang sangat mahal dan belum dapat memenuhi kebutuhan varietas lokal yang beragam jumlahnya, sehingga pembibitan secara sederhana dipandang masih layak diterapkan.
Ada 3 cara perbanyakan bibit pisang secara sederhana dengan memanfaatkan bagian rumpun pisang yaitu:
1)      Perbanyakan dengan anakan
Bibit pisang yang berasal dari pemisahan anakan untuk langsung ditanam di kebun.
·         Bahan yang paling baik digunakan adalah anakan pedang (tinggi 41-100 cm), daunnya berbentuk seperti pedang dengan ujung runcing. Anakan rebung (20-40 cm) kurang baik jika ditanam langsung karena bonggolnya masih lunak dan belum berdaun sehingga mudah kekeringan. Sedangkan anakan dewasa (tinggi >100 cm) terlalu berat dalam pengangkutan dan kurang tahan terhadap cekaman lingkungan karena telah memiliki daun sempurna.
·         Bibit anakan setelah dipisahkan harus segera ditanam, jika terlambat akan meningkatkan serangan hama penggerek dan kematian di kebun. Apabila pada saat tanam kekurangan air dalam waktu yang cukup lama, bibit akan layu dan mati bagian batangnya, tetapi bonggol yang tertimbun dalam tanah masih mampu untuk tumbuh dan memulai pertumbuhan kembali membentuk bonggol baru diatas bonggol yang lama.
·         Untuk menghindari kejadian tersebut, sebelum menanam anakan dipotong 5 cm diatas leher bonggol dan cara menanamnya ditimbun 5 cm dibawah permukaan tanah.

2)      Perbanyakan dari bit anakan/mini bit
Bahan yang digunakan adalah anakan pisang yang berdiameter 7-12 cm atau tingginya 40-150 cm (anakan pedang sampai anakan dewasa). Cara membuatnya sebagai berikut :
·         Pemisahan anakan dari rumpun dilakukan dengan hati-hati menggunakan linggis/tembilang bermata lebar, sehingga kondisi bonggol masih utuh.
·         Bonggol dibersihkan dari akar dan tanah yang menempel, kemudian dipotong 1 cm diatas leher bonggol. Pada titik tumbuh di pusat bonggol dikorek dengan lebar dan dalam ± 3 cm menggunakan pisau yang runcing.
·         Rendam dalam air hangat dengan suhu ± 55°C yang telah dicampur fungisida dengan dosis 2 gr/lt air selama 15 menit kemudian ditiriskan. Untuk menghindari serangan hama pada saat perendaman dapat juga diserta pemberian insektisida sesuai dosis yang dianjurkan.
·         Untuk merangsang munculnya tunas, bonggol di semai dalam bedengan, disusun secara berjajar dengan bagian titik tumbuh tetap mengarah ke atas, masing-masing bonggol diberi jarak antara 5 cm kemudian ditimbun dengan campuran tanah, pasir dan pupuk kandang setebal ± 5 cm. Penimbunan dilakukan selama 3-5 minggu atau sampai tumbuh tunasnya. Selama penimbunan perlu dijaga kelembabannya dengan penyiraman setiap hari secukupnya terutama bila tidak ada hujan.
·         Bila tunas telah tumbuh dan telah mempunyai 1-2 lembar daun, bonggol diangkat dari timbunan, kemudian dibelah searah membujur dari permukaan atas bonggol sampai dasar sebanyak tunas yang tumbuh. Bila bonggol terlalu besar dapat dikurangi dengan menipiskan potongan dikiri dan kanan tunas.
·         Tunas hasil belahan (bit) disemai di polybag ukuran 20 cm x 30 cm yang berisi media tanam kemudian diletakkan ditempat teduh/naungan.
·         Setelah umur 1 bulan bibit dipindahkan ke tempat terbuka dan siap ditanam ke lapang bila bibit sudah berumur 2 bulan.
·         Perawatan yang utama adalah penyiraman untuk menjaga kelembaban tanah. Pemupukan dilakukan 2 minggu sekali menggunakan Urea 2 gr/lt air dengan cara dikocor.
3)      Bonggol dari tanaman yang sudah dipanen
·         Bonggol diangkat dari tanah dengan hati-hati agar mata tunas tidak rusak. Kemudian dibersihkan dari akar dan tanah yang menempel.
·         Bonggol kemudian dipotong dengan ukuran 10 cm x 10 cm menurut jumlah mata tunas. Kemudian direndam dalam air hangat dengan suhu 55°C yang telah dicampur fungisida dengan dosis 2 gr/lt air selama 15 menit kemudian ditiriskan.
·         Bit setelah ditiriskan kemudian ditanam di polybag ukuran 20 cm x 30 cm yang berisi media tanah dan pupuk kandang 1 : 1. Setelah ditanam, benih diletakkan pada tempat teduh/naungan selama 1 bulan dan pada bulan kedua diletakkan ditempat terbuka.
·         Perawatan yang diperlukan adalam penyiraman untuk menjaga kelembaban tanah. Pemupukan dapat diberikan melalui pengocoran larutan pupuk urea dengan konsentrasi 2 gr/lt air setiap 2 minggu.
·         Bibit ditanam di kebun pada umur 3-4 bulan setelah semai.

2.      Persiapan Lahan
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman, kemudian siapkan lubang tanam ukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm sekitar 2 minggu – 1 bulan sebelum tanam agar bibit yang ditanam dapat tumbuh dengan cepat. Tanah lapisan atas dipisah dengan tanah lapisan bawah. Penutupan lubang tanam dilakukan degan memasukkan tanah lapisan bawah terlebih dahulu.

3.      Waktu Tanam
Menanam pisang sebaiknya pada awal musim hujan agar terhindar dari kekeringan pada awal pertumbuhan dan masuk musim kemarau buah sudah siap dipanen. Idealnya untuk mendapatkan produksi dan kualitas buah yang baik, penanaman pisang dilakukan 2 tahap
(setahun 2 kali) dengan selisih penanaman 6 bulan. Penanaman pertama menggunakan jarak tanam lebar (misalnya 4 m x 4 m), kemudian penanaman tahap kedua dilakukan diantara jarak tanam yang telah ditanam. Hal ini bertujuan untuk mengatur waktu panen dan pembongkaran tanaman pada tahun ke-5, 9, 13, 17 yang memungkinkan masih adanya panen karena penanaman yang tidak serempak.

4.      Penanaman
Jarak tanam sesuai dengan jenis pisang. Untuk jenis pisang Mas dan Barangan jarak tanam 2 m x 2 m. Jenis pisang Ambon, Cavendish, Raja Sereh, dan Raja Nangka 3 m x 3 m. Jenis pisang Kepok dan Tanduk 3 m x 3 m atau 3 m x 3,5 m. Pemberian pupuk kandang pada lubang tanam dilakukan 1-2 minggu sebelum tanam.

5.      Pemupukan
Sebelum penanaman, lobang tanam diberi pupuk kandang 10 kg/lobang, dibiarkan 1-2 minggu. Sedang pupuk anorganik yang diberikan adalah 350 kg Urea + 150 kg SP-36, dan 150 kg KCL per ha/tahun atau 0,233 kg Urea, 0,10 kg SP-36 dan 0,10 kg KCl per tanaman. Untuk tanaman yang baru ditanam diberi 3 kali yaitu ¼ saat tanam dan sisanya dibagi dua umur 3 bulan dan umur 6 bulan. Pupuk diletakkan pada alur dangkal berjarak 60-70 cm dari tanaman dan ditutup tanah. Sedangkan untuk tanaman umur 1 tahun atau lebih pupuk diberikan 2 kali yaitu awal musim hujan dan menjelang akhir musim hujan.

6.      Pemberian Agensia Hayati Antagonis
Untuk pencegahan terhadap serangan penyakit layu, terutama yang disebabkan oleh jamur Fusarium tanaman pisang dapat diberi agensia hayati seperti Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. Cara pengembangannya yaitu 250 g agensia hayati (misal gliokompos) dicampur dengn 25 kg pupuk kandang mentah, diaduk sampai merata. Dibiarkan selama 10-15 hari diudara terbuka dan tiap 3 hari diaduk agar udara dapat masuk ke bagian dalam tumpukan pupuk kandang. Untuk pengembangan selanjutnya campuran yang telah dibuat dapat dicampur lagi dengan pupuk kandang sebanyak 500 kg dan dibiarkan selama 2 minggu - 1 bulan ditempat teduh dalam keadaan lembab.
Pemberian di lapangan sesuai dengan dosis pupuk kandang yaitu 10 kg/lubang tanam dicampur dengan tanah bekas galian lubang tanam. Pemberian selanjutnya dilakukan pada saat tanaman berumur 3 dan 6 bulan setelah tanam dengan cara menaburkan di sekitar tanaman 0,5 kg /tanaman.

7.      Pemangkasan
Pemangkasan daun yang kering bertujuan untuk pencegahan penularan penyakit, mencegah daun-daun yang tua menutupi anakan dan melindungi buah dari goresan daun. Pada saat pembungaan setidaknya ada 6-8 daun sehat agar perkembangan buah menjadi maksimal. Setelah pemangkasan bunga jantan sebaiknya tidak dilakukan pemangkasan daun lagi. Daun bekas pangkasan dari tanaman sakit dikumpulkan dan kemudian dibakar, selanjutnya alat pemangkas sterilisasi dengan desinfektan misalnya menggunakan bayclean atau alkohol.

8.      Penyiangan
Pengendalian gulma secara mekanis terutama dilakukan pada saat tanaman berumur 1-5 bulan, terutama 3 bulan pertama harus dilakukan secara intensif. Setelah tanaman berumur 5 bulan pengendalian dapat dikurangi karena kanopi tanaman dapat menekan pertumbuhan gulma. Pada saat ini pengendalian gulma dapat dilakukan dengan herbisida karena tanaman sudah cukup tinggi sehingga daun tanaman tidak terkena herbisida. Penyiangan dilakukan dengan selang waktu 2-3 bulan.
Pada daerah yang pernah terserang penyakit layu Panama dan penyakit darah, penyiangan dianjurkan menggunakan herbisida dan tidak dianjurkan menggunakan cangkul atau koret untuk mencegah penularan penyakit karena kontak dengan alat.

9.      Penjarangan Anakan
Penjarangan anakan bertujuan untuk mengurangi jumlah anakan, menjaga jarak tanam dan menjaga agar produksi tidak menurun. Penjarangan anakan dilakukan dengan memelihara 1 tanaman induk (umur 9 bulan), 1 anakan (umur 7 bulan), dan 1 anakan muda (umur 3 bulan), dilakukan rutin setiap 6-8 minggu. Anakan yang dipilih atau disisakan adalah anakan yang terletak pada tempat yang terbuka dan yang terletak diseberangnya.

10.  Perawatan Tandan
Membersihkan daun sekitar tandan terutama daun yang sudah kering. Selain itu membuang buah pisang yang tidak sempurna yang biasanya pada 1-2 sisir terakhir, dan diikuti dengan pemotongan bunga jantan agar buah pada tandan di atasnya dapat tumbuh dengan baik. Kemudian buah dibungkus/dikerodong dengan kantong plastik warna biru ukuran 1 m x 45 cm. Hal ini dilakukan untuk melindungi buah dari kerusakan oleh serangga atau karena gesekan daun. Setelah dibungkus, tandan yang mempunyai masa pembuahan yang sama dapat diberi tanda (misal dengan tali rafia warna yang sama). Hal ini untuk menentukan waktu panen yang tepat sehingga umur dan ukuran buah seragam. Agar tanaman tidak roboh sebelum buah dipanen, maka dapat ditopang dengan bambu atau dengan mengikat pangkal tandan dengan kabel atau tali yang dibentang diantara barisan tanaman pisang.

11.  Sanitasi Kebun
Sanitasi kebun bertujuan untuk menjaga lingkungan kebun tetap sehat, sehingga pertumbuhan tanaman dapat berlangsung dengan baik. Sanitasi dilakukan 45 hari sekali meliputi kegiatan pembersihan daun kering, penjarangan anakan dan pembuangan sisa tanaman bekas panen.

12.  Pengendalian Hama dan Penyakit
Beberapa penyakit utama yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman pisang, diantaranya adalah penyakit layu (layu fusarium dan layu bakteri), bercak daun (Black dan Yellow Sigatoka, penyakit yang disebabkan virus terutama virus kerdil pisang (Banana Bunchy Top Virus/BBTV). Sedangkan hama yang banyak ditemukan adalah ulat penggulung daun (Erionata thrax L.), Penggerek bonggol (Cosmopolites sordidus Germar), Penggerek batang (Odoiporus longicolis (Oliv), thrips (Chaetanaphotrips signipennis) dan burik pada buah (Nacolea octasema).

DAFTAR PUSTAKA

Mulyani, Nina dkk. 2008. Teknologi Budidaya Pisang. Seri Buku Inovasi: TH/06/2008. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor

Senin, 13 Mei 2013

Masalah Keharaan Pada Tanaman Kedelai





1.        Kahat Nitrogen (N)

Nitrogen merupakan komponen utama penyusun protein, klorofil, enzim, hormon dan vitamin. Nitrogen diserap dalam bentuk ion NO­3 dan NH4+ dan merupakan unsur yang sangat mobil (mudah ditranslokasikan) dalam tanaman. Oleh karena itu, gejala kahat nitrogen akan nampak pada daun tua. Gejala kekahatan nitrogen pada tanaman muda, daun berwarna hijau pucat dan pada kondisi kekahatan yang sangat berat daun berwarna kuning pucat, batangnya lemah dan memanjang. Sedangkan pada tanaman yang tua, daun-daun bagian bawah menunjukkan gejala yang paling parah dan akhirnya gugur. Secara umum kahat nitrogen menyebabkan tanaman kerdil, batang berwarna kemerahan, perkembangan polong terhambat, daun mengecil dan berdinding tebal sehingga daun menjadi kasar/keras dan berserat.
Kekahatan nitrogen umumnya terjadi pada tanah bertekstur pasir, tanah-tanah bereaksi masam (pH rendah) di mana aktivitas mikroorganisme tanah terganggu. Tanaman kedelai mampu memfiksasi nitrogen setara dengan 46 kg N/ha. Secara umum, sekitar 50% dari nitrogen yang dibutuhkan tanaman berasal dari penambatan oleh Rhizobium. Lahan yang pernah ditanami kedelai pada umumnya mempunyai populasi Rhizobium alami yang tinggi. Tanah dengan kandungan nitrogen total < 0,1% N, perlu dipupuk nitrogen dengan dosis 23-35 kg N/ha, terutama saat tanaman masih muda. Pada fase pembentukan polong, kandungan nitrogen sebesar 4,01-5,3% pada daun muda yang sudah terbuka sempurna dianggap cukup.

2.        Kahat Fosfor (P)

Fosfor merupakan komponen utama penyusun nukleoprotein, asam nukleotida, fosfolipida dan penyusun enzim yang berperan aktif dalam pengangkutan energi. Fosfor berperan penting dalam proses fosforilasi, fotosintesis, respirasi, sintesis dan dekomposisi karbohidrat, protein dan lemak. Unsur fosfor sangat diperlukan untuk pembentukan biji. Fosfor diserap dalam bentuk ion H2PO4 dan bersifat mobil di dalam tanaman. Kekahatan fosfor menurunkan aktivitas nodulasi dan fiksasi nitrogen, meningkatkan karbohidrat, menurunkan kadar air tanaman, pembentukan bintil akar, perkembangan akar, polong dan biji. Kekahatan fosfor biasanya mulai muncul pada minggu keempat setelah tanam, dengan gejala: tanaman terlihat kerdil, ukuran daun kecil, daun tua berwarna hijau gelap kemudian dengan cepat berubah warna menjadi kuning dan gugur sebelum waktunya. Batang berubah warna menjadi ungu karena adanya akumulasi antosianin.
Kahat fosfor umumnya terjadi pada tanah oxisol, ultisol dan inceptisol. Pada tanah masam yang mempunyai kandungan Fe dan Al tinggi sering terjadi kekahatan fosfor akibat adanya fiksasi fosfor oleh Fe dan Al tersebut. Tanah yang mengandung fosfor tersedia (Bray-1) 6-10 ppm fosfor tergolong rendah untuk kedelai dan perlu pemupukan fosfor 22,5-36 kg P2O5/ha. Kandungan fosfor sebesar 0,25-0,5% dalam daun muda yang terbuka sempurna pada fase pembentukan polong dianggap cukup.


3.        Kahat Kalium (K)

Kalium merupakan unsur penting dalam metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Kalium juga penting dalam transportasi karbohidrat dari daun ke akar. Kalium diserap dalam bentuk ion K+dan bersifat mobil dalam tanaman. Gejala kekahatan kalium mulai nampak pada daun tua, yaitu timbulnya klorosis (daun berubah warna menjadi kuning) di antara tulang daun atau tepi daun. Pada kekahatan yang parah klorosis meluas hingga mendekati pangkal daun dan hanya meninggalkan warna hijau pada tulang daun, selanjutnya timbul gejala nekrosis (tepi daun tua menguning, menggulung ke atas dan pada akhirnya mengering).
Kahat kalium umum terjadi pada tanah oxisol, ultisol dengan kejenuhan basa rendah atau pada tanah yang bertekstur pasir. Kahat unsur S, Ca, P menurunkan kandungan kalium dalam tanaman, namun kekahatan nitrogen meningkatkan kandungan kalium dalam tanaman. Tanah yang mengandung kalium dapat ditukar (K-dd) 0,2-0,3 me/100 gr perlu pemupukan kalium sebesar 22,5-45 kg K2O/ha. Pada fase pembentukan polong, kandungan kalium sebesar 1,71-2,5% dalam daun muda yang terbuka sempurna dianggap cukup.

4.        Kahat Kalsium (Ca)

Kalsium berperan penting dalam pengaturan air di dalam tanaman. Kalsium diserap dalam bentuk ion Ca2+ dan mempunyai mobilitas rendah dalam tanaman, sehingga gejala kahat muncul pada daun muda atau titik tumbuh baik pada batang maupun akar. Kahat kalsium ditandai dengan adanya bintik-bintik coklat atau hitam pada permukaan bawah daun. Bila kekahatan berlanjut, terjadi nekrosis pada permukaan bawah maupun atas daun sehingga daun menjadi berwarna coklat dan kadang daun nampak keriting mirip gejala serangan virus. Pada kondisi kekahatan yang akut akan menyebabkab ujung akar dan pucuk tanaman mati.
Kahat kalsium umum terjadi pada tanah bertekstur pasir, tanah oxisol, ultisol dengan pH masam, kejenuhan basa rendah dan aluminium dapat ditukar (Al-dd) tinggi. Kandungan kalsium dapat ditukar (Ca-dd) sebesar 10 me/100 gr termasuk rendah dan perlu pemupukan kalsium. Sumber pupuk kalsium dapat berupa dolomit dan kapur. Pada fase pembentukan polong, kandungan kalsium sebesar 0,36-2% dalam daun muda yang terbuka sempurna dianggap cukup. Pada tanah mineral masam, dosis pemupukan kalsium untuk kedelai yang bersumber dari dolomit adalah setara dengan 1/4 - 1/2 x Al-dd.

5.        Kahat Magnesium (Mg)

Magnesium adalah komponen penyusun klorofil daun sehingga sangat penting dalam proses fotosintesis. Dalam tanaman, magnesium termasuk unsur yang mobil sehingga mudah ditranslokasikan dari daun tua, oleh karenanya gejala awal kekahatan akan nampak pada daun-daun tua. Kekahatan magnesium ditandai adanya klorosis yang berawal dari tepi daun, kemudian menjalar ke bagian tengah di antara tulang daun. Kekahatan yang meningkat menyebabkan perubahan warna tepi daun menjadi merah kekuningan, daun gugur, pertumbuhan terhambat dan hasil rendah.
Kahat magnesium umum terjadi pada tanah bertekstur pasir, tanah oxisol, ultisol dengan pH masam dan kejenuhan basa rendah. Batas kritis kandungan magnesium dalam tanah adalah 50 ppm Mg. Kisaran nilai cukup pada daun muda kedelai adalah 0,26-1%. Kahat magnesium pada tanah masam dapat diatasi dengan pemupukan melalui daun dan tanah dengan pupuk yang mengandung magnesium, seperti kiseril (MgSO4) dan dolomit [CaMg(CO3)2] dengan dosis setara 11-22 kg MgO/ha, dapat juga dengan pemberian pupuk kandang 2-2,5 ton/ha.

6.        Keracunan Aluminium (Al)

Kandungan aluminium yang berlebihan di dalam tanah masam menyebabkan pertumbuhan tanaman kedelai terganggu dan mengakibatkan rendahnya hasil. Gejala awal keracunan tampak pada sistem perakaran yaitu akar tumbuh tidak normal dan percabangan akar yang tidak normal. Gejala pada daun adalah adanya bercak-bercak klorosis di antara tulang daun pada daun muda, tetapi tulang daun tetap hijau. Pada gejala yang parah, tanaman menjadi kerdil dan daun berbentuk seperti mangkuk. Keracunan aluminium sering terjadi pada tanah masam dengan kejenuhan basa rendah.
Batas toleransi kedelai terhadap kejenuhan aluminium adalah 20%. Kandungan Al-dd di dalam tanah sebesar 22 ppm atau sekitar 0,24 me Al/100 gr termasuk tinggi. Beberapa varietas kedelai di Indonesia yang ada saat ini mempunyai batas kritis keracunan aluminiun sekitar 1,33 me Al/100 gr. Dampak negatif akibat aluminium dapat diatasi dengan pemberian kapur. Pada tanah masam di Lampung, pemberian dolomit dosis setara 1/4 - 1/2 x Al-dd dapat memperbaiki pertumbuhan dan meningkatkan hasil kedelai. Pemberian kapur akan lebih efisien jika kejenuhan kemasaman (Al + H) > 10% dan pH < 5.

Daftar Pustaka

Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2006. Hama, Penyakit dan Masalah Hara pada Tanaman Kedelai. Identifikasi dan Pengendaliannya. Bogor

Minggu, 12 Mei 2013

Teknik Pembuatan Kompos Untuk Meningkatkan Produktivitas Tanah Pada Lahan Gambut



Pada awalnnya lahan-lahan berhutan lebat mempunyai tanah yang subur, tetapi setelah pohon ditebangi dan diusahakan untuk pertanian (ladang), maka tanah menjadi kurus akibat proses penghanyutan dan pencucian unsur hara sehingga tanah menjadi miskin unsur hara dan tidak dapat digunakan lagi untuk pertanian. Beda halnya dengan hutan rawa gambut. Hutan rawa gambut mempunyai karakteristik yang unik. Tanah pada lahan atau hutan rawa gambut berasal dari tumpukan bahan organik yang jenuh air sehingga proses dekomposisi tidak berjalan dengan sempurna. Keadaan ini mengakibatkan lahan menjadi miskin mineral dan sangat masam.

Pengembangan lahan gambut untuk usaha pertanian memerlukan adanya drainase buatan yang bertujuan untuk mengatur kelebihan air tetapi tidak sampai menyebabkan keringnya lahan gambut. Selain itu, diperlukan juga perbaikan sifat kimia dan fisik tanah. Salah satu cara untuk memperbaiki sifat lahan gambut tersebut adalah dengan menggunakan pupuk kompos. Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah dengan cara menambahkan bahan tersebut ke dalam tanah agar menjadi lebih subur. Pemupukan diartikan sebagai penambahan zat hara tanaman ke dalam tanah untuk memperbaiki sifat-sifat kimia dan fisik tanah seperti pengapuran dan pemberian abu atau tanah mineral (lumpur, pasir dan tanah liat) pada tanah organik dan penambahan bahan organik atau kompos pada tanah mineral.
MENGENAL KOMPOS
Kompos adalah pupuk yang dihasilkan dari bahan organik melalui proses pembusukan. Pembuatannya dilakukan pada suatu tempat yang terlindung dari matahari dan hujan. Untuk mempercepat perombakan dan pematangan serta menambah unsur hara dapat ditambahkan campuran kapur dan kotoran ternak (ayam, sapi atau kambing).             Bahan yang digunakan sebagai sumber kompos dapat berupa limbah, seperti sampah atau sisa-sisa tanaman tertentu (jerami, rumput dan sebagainya). Pupuk kompos berfungsi untuk memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan produktivitas lahan dan tanaman.
Tabel 1. Kandungan unsur-unsur hara pada berbagai pupuk organik
No.
Jenis Pupuk
Unsur-Unsur Hara dalam 10 ton
N
P2O5
K2O
Kg/10 ton
1
Pupuk kandang
24
30
27
2
Kompos
22
4
43
3
Jerami
40
30
50


PROSES PEMBUATAN PUPUK KOMPOS
Bahan :
Sisa tanaman (limbah panen) atau semak dan rerumputan, sebaiknya sudah layu (tidak terlalu basah); Kotoran ternak (ayam, sapi, kambing), diusahakan kotoran sudah “matang”; Kapur pertanian (kaptan);  dan Air untuk menyiram bahan kompos.
Alat :
Cangkul dan sekop untuk mengaduk dan membalikkan kompos; Embrat atau ember untuk menyiramkan air pada tumpukan kompos; Atap peneduh untuk melindungi bahan kompos; Parang atau pisau untuk merajang dan memisahkan batang dan daun; dan Karung untuk menyimpan kompos.
Tempat/lokasi pembuatan kompos :
Setelah bahan-bahan dan peralatan tersedia, lalu disiapkan tempat untuk pembuatan kompos yang letaknya tidak jauh dari lahan agar mudah mengangkut dan menyebarkan kompos. Tempat pembuatan kompos diberi atap atau peneduh untuk menjaga kelembaban sehingga proses pengomposan berjalan dengan cepat. Tempat pembuatan kompos biasanya berukuran 2 x 2 meter dan dalam hamparan yang luas disediakan 3 - 4 tempat pembuatan kompos.
TAHAP PEMBUATAN PUPUK KOMPOS
1.      Sisa tanaman (limbah panen) atau semak dam rerumputan dirajang/dipotong kecil-kecil (25-50 cm) agar proses pembusukan berlangsung lebih cepat.
2.      Potongan-potongan bahan kompos tadi disusun rapi dan ditumpuk setebal 30-50 cm lalu diperciki air.
3.      Di atas bahan kompos ditaburkan kotoran ternak (pupuk kandang) secara merata setebal 5-10 cm.
4.      Taburkan kapur pertanian di atas kotoran ternak secukupnya hingga merata.
5.      Pasang cerobong bambu tegak lurus ke dalam tumpukan awal tersebut. Selanjutnya lakukan kembali penumpukan bahan-bahan yang telah disebutkan di atas secara merata. Demikian seterusnya sehingga susunan bahan kompos berlapis-lapis mencapai ketinggian 1,5 meter.
6.      Setelah selesei menyususn, dilakukan penyiraman dengan air secukupnya.
7.      Untuk mempercepat proses pembusukan, sebaiknya kompos ditutup dengan lembaran plastik/terpal.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PUPUK KOMPOS
Pupuk organik berupa pupuk kandang atau pupuk kompos jika dibandingkan dengan pupuk buatan (anorganik) mempunyai kelebihan antara lain:
1.      Memperbaiki tekstur tanah.
2.      Meningkatkan pH tanah.
3.      Menambah unsur-unsur makro maupun mikro.
4.      Meningkatkan keberadaan jasad-jasad renik dalam tanah.
5.      Relatif tidak menimbulkan polusi lingkungan.
Sedangkan kelemahannya antara lain:
1.      Jumlah pupuk yang diberikan pada tanaman lebih tinggi daripada pupuk anorganik.
2.      Respon tanaman lebih lambat.
3.      Sumber hama dan penyakit bagi tanaman.
PEMANFAATAN PUPUK KOMPOS PADA LAHAN GAMBUT
Pada awalnya dilakukan pembakaran pada pupuk kompos. Pembakaran harus dilakukan secara hati-hati. Pembakaran tidak dilakukan langsung di atas lahan gambut tetapi di atas lapisan tahan api misalnya seng atau potongan drum bekas. Hal ini bertujuan untuk mencegah kebakaran di lahan gambut.
            Pada umumnya dosis pemberian abu sebagai bahan amelioran (pembenah) untuk meningkatkan kesuburan tanah berkisar antara 2,5-30 ton/ha (Sibuea et al., 1993). Namun beberapa penelitian merekomendasikan dosisnya pada tabel 2 berikut:
Tabel 2. Dosis pemberian bahan amelioran pada lahan gambut
Lokasi
Dosis (ton/ha)
Produksi (ton/ha)
Keterangan
Proyek Lahan Gambut (PLG), Kalteng
abu vulkanik (8-10)
Jagung (4-4,5)
Kedelai (2-2,5)
Setiadi, B. (1999)
abu sawmill (10) + 120 kg terusi
Kedelai berproduksi baik
T. Vadari (1992)
Kalbar
abu kayu (60)
Tanaman sayuran
IPG. Widjaja Adhi (1992)
lumpur laut (15-20)
Tanaman pangan
Rianto, et al. (1996)
tanah mineral (120)
Kedelai (1,7)
Hadjowigeno, S.

            Pemanfaatan sampah organik menjadi pupuk kompos banyak dilakukan, namun masih ditemukan beberapa masalah antara lain waktu pengomposan terlalu lama (1-1,5 bulan/ton sampah), kualitas/nilai hara yang dihasilkan rendah dan biaya produksi yang tinggi. Dari bahan baku sampah sebanyak 900-1000 kg akan dihasilkan 300-450 kg pupuk kompos (Santoso, 1998 dan Sibuea et al., 1993).
DAFTAR PUSTAKA
Dohong, A. 2003. Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Kegiatan Pertanian Holtikultura: Belajar dari Pengalaman Petani Desa Kalampangan, Kalimantan Tengah. Warta Konservasi Lahan Basah Vol II no.2 April 2003. Wetlands International – Indonesia Programme
Santoso, H. B. 1998. Pupuk Kompos dari Sampah Rumah Tangga. Kanisisus. Jakarta
Sibuea, L.H. et al,. 1993. Penambahan Pupuk untuk Mempercepat Pembuatan Kompos dari Bahan Sampah Pasar. Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian Tanah dan Agroklimat. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor