1. Kahat Nitrogen (N)
Nitrogen merupakan komponen utama penyusun protein, klorofil, enzim, hormon dan vitamin. Nitrogen diserap dalam bentuk ion NO3 dan NH4+ dan merupakan unsur yang sangat mobil (mudah ditranslokasikan) dalam tanaman. Oleh karena itu, gejala kahat nitrogen akan nampak pada daun tua. Gejala kekahatan nitrogen pada tanaman muda, daun berwarna hijau pucat dan pada kondisi kekahatan yang sangat berat daun berwarna kuning pucat, batangnya lemah dan memanjang. Sedangkan pada tanaman yang tua, daun-daun bagian bawah menunjukkan gejala yang paling parah dan akhirnya gugur. Secara umum kahat nitrogen menyebabkan tanaman kerdil, batang berwarna kemerahan, perkembangan polong terhambat, daun mengecil dan berdinding tebal sehingga daun menjadi kasar/keras dan berserat.
Kekahatan nitrogen umumnya terjadi pada tanah bertekstur pasir, tanah-tanah bereaksi masam (pH rendah) di mana aktivitas mikroorganisme tanah terganggu. Tanaman kedelai mampu memfiksasi nitrogen setara dengan 46 kg N/ha. Secara umum, sekitar 50% dari nitrogen yang dibutuhkan tanaman berasal dari penambatan oleh Rhizobium. Lahan yang pernah ditanami kedelai pada umumnya mempunyai populasi Rhizobium alami yang tinggi. Tanah dengan kandungan nitrogen total < 0,1% N, perlu dipupuk nitrogen dengan dosis 23-35 kg N/ha, terutama saat tanaman masih muda. Pada fase pembentukan polong, kandungan nitrogen sebesar 4,01-5,3% pada daun muda yang sudah terbuka sempurna dianggap cukup.
2. Kahat Fosfor (P)
Fosfor merupakan komponen utama penyusun nukleoprotein, asam nukleotida, fosfolipida dan penyusun enzim yang berperan aktif dalam pengangkutan energi. Fosfor berperan penting dalam proses fosforilasi, fotosintesis, respirasi, sintesis dan dekomposisi karbohidrat, protein dan lemak. Unsur fosfor sangat diperlukan untuk pembentukan biji. Fosfor diserap dalam bentuk ion H2PO4 dan bersifat mobil di dalam tanaman. Kekahatan fosfor menurunkan aktivitas nodulasi dan fiksasi nitrogen, meningkatkan karbohidrat, menurunkan kadar air tanaman, pembentukan bintil akar, perkembangan akar, polong dan biji. Kekahatan fosfor biasanya mulai muncul pada minggu keempat setelah tanam, dengan gejala: tanaman terlihat kerdil, ukuran daun kecil, daun tua berwarna hijau gelap kemudian dengan cepat berubah warna menjadi kuning dan gugur sebelum waktunya. Batang berubah warna menjadi ungu karena adanya akumulasi antosianin.
Kahat fosfor umumnya terjadi pada tanah oxisol, ultisol dan inceptisol. Pada tanah masam yang mempunyai kandungan Fe dan Al tinggi sering terjadi kekahatan fosfor akibat adanya fiksasi fosfor oleh Fe dan Al tersebut. Tanah yang mengandung fosfor tersedia (Bray-1) 6-10 ppm fosfor tergolong rendah untuk kedelai dan perlu pemupukan fosfor 22,5-36 kg P2O5/ha. Kandungan fosfor sebesar 0,25-0,5% dalam daun muda yang terbuka sempurna pada fase pembentukan polong dianggap cukup.
3. Kahat Kalium (K)
Kalium merupakan unsur penting dalam metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Kalium juga penting dalam transportasi karbohidrat dari daun ke akar. Kalium diserap dalam bentuk ion K+dan bersifat mobil dalam tanaman. Gejala kekahatan kalium mulai nampak pada daun tua, yaitu timbulnya klorosis (daun berubah warna menjadi kuning) di antara tulang daun atau tepi daun. Pada kekahatan yang parah klorosis meluas hingga mendekati pangkal daun dan hanya meninggalkan warna hijau pada tulang daun, selanjutnya timbul gejala nekrosis (tepi daun tua menguning, menggulung ke atas dan pada akhirnya mengering).
Kahat kalium umum terjadi pada tanah oxisol, ultisol dengan kejenuhan basa rendah atau pada tanah yang bertekstur pasir. Kahat unsur S, Ca, P menurunkan kandungan kalium dalam tanaman, namun kekahatan nitrogen meningkatkan kandungan kalium dalam tanaman. Tanah yang mengandung kalium dapat ditukar (K-dd) 0,2-0,3 me/100 gr perlu pemupukan kalium sebesar 22,5-45 kg K2O/ha. Pada fase pembentukan polong, kandungan kalium sebesar 1,71-2,5% dalam daun muda yang terbuka sempurna dianggap cukup.
4. Kahat Kalsium (Ca)
Kalsium berperan penting dalam pengaturan air di dalam tanaman. Kalsium diserap dalam bentuk ion Ca2+ dan mempunyai mobilitas rendah dalam tanaman, sehingga gejala kahat muncul pada daun muda atau titik tumbuh baik pada batang maupun akar. Kahat kalsium ditandai dengan adanya bintik-bintik coklat atau hitam pada permukaan bawah daun. Bila kekahatan berlanjut, terjadi nekrosis pada permukaan bawah maupun atas daun sehingga daun menjadi berwarna coklat dan kadang daun nampak keriting mirip gejala serangan virus. Pada kondisi kekahatan yang akut akan menyebabkab ujung akar dan pucuk tanaman mati.
Kahat kalsium umum terjadi pada tanah bertekstur pasir, tanah oxisol, ultisol dengan pH masam, kejenuhan basa rendah dan aluminium dapat ditukar (Al-dd) tinggi. Kandungan kalsium dapat ditukar (Ca-dd) sebesar 10 me/100 gr termasuk rendah dan perlu pemupukan kalsium. Sumber pupuk kalsium dapat berupa dolomit dan kapur. Pada fase pembentukan polong, kandungan kalsium sebesar 0,36-2% dalam daun muda yang terbuka sempurna dianggap cukup. Pada tanah mineral masam, dosis pemupukan kalsium untuk kedelai yang bersumber dari dolomit adalah setara dengan 1/4 - 1/2 x Al-dd.
5. Kahat Magnesium (Mg)
Magnesium adalah komponen penyusun klorofil daun sehingga sangat penting dalam proses fotosintesis. Dalam tanaman, magnesium termasuk unsur yang mobil sehingga mudah ditranslokasikan dari daun tua, oleh karenanya gejala awal kekahatan akan nampak pada daun-daun tua. Kekahatan magnesium ditandai adanya klorosis yang berawal dari tepi daun, kemudian menjalar ke bagian tengah di antara tulang daun. Kekahatan yang meningkat menyebabkan perubahan warna tepi daun menjadi merah kekuningan, daun gugur, pertumbuhan terhambat dan hasil rendah.
Kahat magnesium umum terjadi pada tanah bertekstur pasir, tanah oxisol, ultisol dengan pH masam dan kejenuhan basa rendah. Batas kritis kandungan magnesium dalam tanah adalah 50 ppm Mg. Kisaran nilai cukup pada daun muda kedelai adalah 0,26-1%. Kahat magnesium pada tanah masam dapat diatasi dengan pemupukan melalui daun dan tanah dengan pupuk yang mengandung magnesium, seperti kiseril (MgSO4) dan dolomit [CaMg(CO3)2] dengan dosis setara 11-22 kg MgO/ha, dapat juga dengan pemberian pupuk kandang 2-2,5 ton/ha.
6. Keracunan Aluminium (Al)
Kandungan aluminium yang berlebihan di dalam tanah masam menyebabkan pertumbuhan tanaman kedelai terganggu dan mengakibatkan rendahnya hasil. Gejala awal keracunan tampak pada sistem perakaran yaitu akar tumbuh tidak normal dan percabangan akar yang tidak normal. Gejala pada daun adalah adanya bercak-bercak klorosis di antara tulang daun pada daun muda, tetapi tulang daun tetap hijau. Pada gejala yang parah, tanaman menjadi kerdil dan daun berbentuk seperti mangkuk. Keracunan aluminium sering terjadi pada tanah masam dengan kejenuhan basa rendah.
Batas toleransi kedelai terhadap kejenuhan aluminium adalah 20%. Kandungan Al-dd di dalam tanah sebesar 22 ppm atau sekitar 0,24 me Al/100 gr termasuk tinggi. Beberapa varietas kedelai di Indonesia yang ada saat ini mempunyai batas kritis keracunan aluminiun sekitar 1,33 me Al/100 gr. Dampak negatif akibat aluminium dapat diatasi dengan pemberian kapur. Pada tanah masam di Lampung, pemberian dolomit dosis setara 1/4 - 1/2 x Al-dd dapat memperbaiki pertumbuhan dan meningkatkan hasil kedelai. Pemberian kapur akan lebih efisien jika kejenuhan kemasaman (Al + H) > 10% dan pH < 5.
Daftar Pustaka
Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2006. Hama, Penyakit dan Masalah Hara pada Tanaman Kedelai. Identifikasi dan Pengendaliannya. Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar