1. Kumbang Kedelai (Phaedonia inclusa Stall)
Bioekologi
Kumbang kedelai (Phaedonia inclusa Stall) termasuk serangga dari jenis Coleoptera : Chrysomelidae. Kumbang kedelai dewasa berbentuk kubah. Kumbang jantan panjangnya 4-5 mm, sedangkan yang betina 5-6 mm. Tubuh kumbang berwarna hitam mengkilap dengan bagian kepala dan tepi sayap depan berwarna kecoklatan. Kumbang dewasa aktif pada pagi dan sore hari, sedangkan pada siang hari bersembunyi di celah-celah tanah. Kumbang dewasa memakan daun, pucuk tanaman, bunga dan polong. Bila tanaman disentuh, kumbang akan menjatuhkan diri seolah-olah mati. Kumbang betina meletakkan telur secara berkelompok pada permukaan bawah daun. Telur berbentuk bulat panjang dan berwarna kuning/kuning pucat dengan panjang 1,33 mm. Kelompok telur terdiri dari 5-10 butir. Setelah 4 hari, telur menetas dan keluar larva. Larva yang baru keluar dari telur untuk sementara tinggal di tempat telur diletakkan, kemudian pindah dan memakan bagian pucuk bunga dan polong. Larva muda berwarna abu-abu gelap sedangkan larva dewasa berwarna agak terang. Larva berganti kulit sebanyak 3 kali. Menjelang menjadi kepompong, larva menuju ke tanah dan berkepompong di sela-sela gumpalan tanah. Kepompong berwarna kuning pucat dengan panjang 3-5 mm. Masa menjadi kepompong selama 8 hari.
Pengendalian
Pengendalian kumbang kedelai ini dapat dilakukan dengan cara:
· Tanam serempak.
· Pemantauan secara rutin, apabila telah mencapai ambang kendali (2 ekor/ 8 tanaman) maka disemprot dengan jenis insektisida Ambush 2 EC, Bayrusil 250 EC, Buldok 25 EC, Corsair 100 EC, Cymbush 50 EC, Decis 2,5 EC, Karphos 25 EC, Kitop 500 EC atau Matador 25 EC.
2. Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabricius)
Bioekologi
Ulat grayak (Spodoptera litura Fabricius) termasuk serangga dari jenis Lepidoptera : Noctuidae. Serangga dewasa berupa ngengat abu-abu, meletakkan telur pada daun secara berkelompok. Ukuran tubuh ngengat betina 14 mm, sedangkan ngengat jantan 17 mm. Setiap kelompok telur terdiri dari 30-700 butir yang ditutupi oleh bulu-bulu berwarna merah kecoklatan. Telur akan menetas setelah 3 hari. Ulat yang baru keluar dari telur berkelompok di permukaan daun dan memakan epidermis daun. Setelah beberapa hari, ulat mulai hidup berpencar. Ulat grayak aktif memakan pada malam hari, meninggalkan epidermis atas dan tulang daun sehingga daun yang terserang dari jauh terlihat berwarna putih. Panjang tubuh ulat yang telah tumbuh penuh 50 mm. Kepompong terbentuk di dalam tanah. Setelah 9-10 hari, kepompong akan berubah menjadi ngengat dewasa.
Selain pada daun, ulat dewasa memakan polong muda dan tulang daun muda, sedangkan pada daun yang tua tulang-tulangnya akan tersisa. Selain menyerang kedelai, ulat grayak juga menyerang jagung, kentang, tembakau, kacang hijau, bayam dan kubis.
Pengendalian
Pengendalian ulat grayak ini dapat dilakukan dengan cara:
· Tanam serempak.
· Varietas toleran (Ijen).
· SI NPV
· Penyemprotan insektisida bila mencapai ambang kendali (kerusakan daun 12,5%) dengan jenis insektisida Ambush 2 EC, Decis 2,5 EC, Irebon 95 EC, Cymbush 50 EC, Cascade 50 EC, Alabion 50 EC, Buldok 25 EC atau Matador 25 EC.
3. Ulat Jengkal (Chrysodeixis chalcites Esper; Thysanoplusia/Trichoplusia orichalcea Fabricus)
Bioekologi
Ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites Esper; Thysanoplusia/Trichoplusia orichalcea Fabricus) termasuk serangga dari jenis Lepidoptera : Noctuidae. Ngengat betina meletakkan telur pada permukaan bawah daun secara satu persatu. Mula-mula telur berwarna putih kemudian berubah menjadi kuning. Setelah 3-4 hari, telur akan menetas. Ulat yang keluar berwarna hijau dan dikenal dengan sebutan ulat jengkal karena perilaku jalannya. Panjang tubuh ulat yang telah mencapai pertumbuhan penuh sekitar 40 mm. Ulat dewasa membentuk kepompong dalam daun yang dianyam. Setelah 7 hari, kepompong tumbuh menjadi ngengat.
Serangga dewasa berupa ngengat berwarna coklat, ukuran tubuh ngengat betina 13 mm, sedangkan yang jantan 17 mm. Ulat memakan daun dari arah pinggir. Serangan berat pada daun mengakibatkan yang tersisa tinggal tulang-tulang daunnya dan keadaan ini biasanya terjadi pada fase pengisian polong. Ulat jengkal bersifat polifag (memakan hampir semua bagian tanaman). Selain menyerang kedelai, ulat jengkal juga menyerang tanaman jagung, kentang, tembakau dan kacang-kacangan lain.
Pengendalian
Pengendalian ulat jengkal ini dapat dilakukan dengan cara:
· Tanam serempak.
· Penyemprotan insektisida bila telah mencapai ambang kendali (kerusakan daun 12,5%) dengan jenis insektisida Ambush 2 EC, Atabron 50 EC, Cascade 50 EC, Cymbush 50 EC, Decis 2,5 EC atau Matador 25 EC.
4. Ulat Penggulung Daun (Omiodes/Lamprosema/Hedylepta indicata Fabricius)
Bioekologi
Ulat penggulung daun (Omiodes/Lamprosema/Hedylepta indicata Fabricius)termasuk serangga dari jenis Lepidoptera : Pyralidae. Ngengat betina berukuran kecil, berwarna coklat kekuningan dengan lebar rentangan sayap 20 mm. Telur diletakkan secara berkelompok pada daun-daun muda. Setiap kelompok terdiri dari 2-5 butir. Ulat yang keluar dari telur berwarna hiaju, licin, transparan dan agak mengkilap. Pada bagian punggung (toraks) terdapat bintik hitam. Ulat ini membentuk gulungan daun dengan merekatkan daun satu dengan yang lain dari sisi dalam dengan zat perekat yang dihasilkannya. Di dalam gulungan, ulat memakan daun hingga akhirnya tinggal tulang daunnya saja yang tersisa. Panjang tubuh ulat yang telah tumbuh penuh 20 mm. Kepompong terbentuk di dalam gulungan daun. Serangan hama ini terlihat dengan adanya daun-daun yang tergulung menjadi satu. Bila gulungan dibuka, akan dijumpai ulat atau kotorannya yang berwarna coklat hitam. Selain menyerang kedelai, ulat ini juga menyerang kacang hijau, kacang tunggak, kacang panjang, Calopogonium sp. dan kacang tanah.
Pengendalian
Pengendalian ulat penggulung daun ini dapat dilakukan dengan cara:
· Tanam serempak.
· Penyemprotan insektisida bila telah mencapai ambang kendali (kerusakan daun 12,5%) dengan jenis insektisida Ambush 2 EC, Corsair 100 EC, Cymbush 50 EC, Decis 2,5 EC atau Fastac 15 EC.
5. Ulat Helicoverpa/Heliothis (Helicoverpa/Heliothis armigera Huebner)
Bioekologi
Ulat helicoverpa/heliothis (Helicoverpa/Heliothis armigera Huebner) termasuk serangga dari jenis Lepidoptera : Noctuidae. Telur diletakkan secara terpencar satu per satu pada daun, pucuk atau bunga pada malam hari. Telur biasanya diletakkan pada tanaman berumur 2 minggu setelah tanam. Telur berwarna kuning muda. Setelah 2-5 hari, telur menetas menjadi ulat. Ulat yang baru keluar kemudian memakan kulit telur. Ulat muda memakan jaringan daun, sedangkan ulat instar yang lebih tua sering dijumpai makan bunga, polong muda dan biji. Warna ulat tua bervariasi, hijau kekuning-kuningan, hijau, coklat atau agak hitam kecoklatan. Tubuh ulat sedikit berbulu. Panjang tubuh ulat pada pertumbuhan penuh sekitar 30 mm dengan lebar kepala 3 mm. Kepompong terbentuk di dalam tanah. Setelah 12 hari, menetas dan ngengat akan keluar. Warna tubuh ngengat kuning kecoklatan. Ciri khusus cara makan ulat ini adalah kepala dan sebagian tubuhnya masuk ke dalam polong. Selain memakan polong, ulat muda juga menyerang daun dan bunga. Serangga hama ini mempunyai banyak tanaman inang yaitu kacang hijau, kacang buncis, kacang tanah, gude, kentang, tomat, kapas, jagung, kubis, bawang merah, apel, jarak, tembakau, sorgum, jeruk dan bunga matahari.
Pengendalian
Pengendalian ulat helicoverpa/heliothis ini dapat dilakukan dengan cara:
· Tanam serempak.
· Tanam tanaman perangkap (jagung) di pematang.
· Penyemprotan dengan HaNPV
· Penyemprotan insektisida bila mencapai ambang kendali dengan jenis insektisida Ambush 2 EC, Corsair 100 EC, Cymbush 50 EC, Decis 2,5 EC atau Fastac 15 EC.
Daftar Pustaka
Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2006. Hama, Penyakit dan Masalah Hara pada Tanaman Kedelai. Identifikasi dan Pengendaliannya. Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar