1. Penyakit Layu
Penyakit yang paling berbahaya dan mematikan, yaitu penyakit layu bakteri atau penyakit darah yang disebabkan oleh bakteri dan penyakit layu Fusarium atau penyakit Panama yang disebabkan oleh cendawan. Kedua penyakit ini sukar dikendalikan, mudah berpindah dan mampu bertahan di dalam tanah dalam jangka waktu yang cukup lama. Perbedaan gejala serangan 2 jenis penyakit layu ini dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan gejala serangan penyakit layu Fusarium dan layu bakteri.
Layu Fusarium | Layu Bakteri | |
Penyebab | Fusarium oxysporum f. sp. Cubense (FOC) | Pseudomonas(Ralstonia) Solanacearum(BDB) |
Gejala luar: Awal (daun) | Kuning kehijauan pada daun tua, dimulai dari pinggir daun. Penguningan berlanjut kedaun yang lebih muda. Daun paling muda yang baru membuka, adalah daun paling akhir yang memperlihatkan gejala. | Kuning pucat dan total pada daun nomor 2 dan 3, dari pangkal daun terus ke bagian pinggir. Penguningan berlanjut ke semua daun. |
Batang semu | Pecah membujur beberapa cm di atas tanah. Dapat juga terjadi pada tanaman muda atau anakan. Anakan menjadi kerdil, daun menyempit, batang semu pecah dan mengembang ke atas. Mirip serangan kerdil pisang. | Pohon induk umumnya terlihat sehat. Psedostem tidak memperlihatkan gejala luar. Anakan dengan segera memperlihatkan gejala serangan, kerdil, layu, daun kuning ketika anakan berumur 2-3 bulan. |
Gejala dalam Batang semu & Tangkai daun | Bila dipotong, ditemukan jaringan/benang berupa garis berwarna hitam/ungu/coklat/ kekuningan. Empulur biasanya tidak membusuk/hitam. | Bila dipotong, bagian dalam (empulur) terlihat membusuk, berwarna coklat kemerahan. |
Bonggol | Bila dipotong, bagian tengah berwarna hitam, coklat atau ungu. | Bila dipotong akan mengeluarkan cairan berwarna coklat kemerahan. |
Buah | Umumnya tidak sampai panen. Bila panen ukurannya menjadi kecil, layu dan matang sebelum waktunya. | Pada tanaman induk yang baru terserang, penampilan buah normal, tapi bila dipotong buah busuk dengan warna coklat kehitaman. Pada tanaman terserang sejak awal, buah tidak terbentuk sempurna dan kering. |
Tampilan jantung | Awalnya normal, kemudian tumbuh kerdil dan layu. Bila dipotong tidak memperlihatkan perbedaan dengan jantung pisang sehat. | Jantung mengering, kelopak sukar lepas, bergelantungan di sekitar jantung. Bila dipotong, mengeluarkan cairan berupa susu. Bila potongan jantung ini dimasukkan ke dalam air, akan terbentuk materi berupa benang-benang. |
Inang sementara | Gulma Paspalum fasciculatum (rumput pahit), Panicum purpurascens (lambuyangan), Ixophorus unisetus, Amaranthus sp. (bayam-bayaman) dan Commelia diffusa (tali said/kandang). | Tomat, terong, jahe, takokak (Solanum torvum), leunca (S. nigrum) dan meniran (Phylanthus niruri). |
Serangga perantara | Tidak ada | Jenis Diptera |
Pengendalian penyakit layu Fusarium:
1. Penggunaan bibit bebas penyakit yaitu bibit diambil dari lahan yang diyakini benar-benar bebas dari penyakit layu Fusarium (FOC). Bibit pisang yang berasal dari kultur jaringan adalah salah satu bibit pisang yang bebas penyakit. Namun bibit bebas penyakit ini hanya dapat bertahan bila pada lahan tidak ada bibit penyakit layu Fusarium.
2. Melakukan pergiliran tanaman.
3. Melakukan sanitasi lahan, yaitu membersihkan gulma seperti rumput teki dan bayam-bayaman, gulma tersebut merupakan inang sementara bibit penyakit layu Fusarium (FOC).
4. Melakukan pengamatan cepat keberadaan FOC. Pada lahan yang akan ditanami pisang, terutama lahan baru sebaiknya dilihat terlebih dahulu ada atau tidaknya FOC. Caranya, ambil tanah dari lahan yang akan digunakan sebagai lahan pertanaman pisang, masukan kedalam kantong atau ember plastik setinggi 25 cm. Campurkan kompos kotoran ayam dengan perbandingan 2 bagian kompos kotoran ayam dan 8 bagian tanah. Biarkan 15 hari, lalu tanamkan anakan rebung pisang yang tidak tahan terhadap FOC (ambon kuning), kemudian amati selama 3 bulan. Bila lahan tersebut tercemar oleh FOC, pisang yang ditanam akan segera memperlihatkan gejala penyakit layu Fusarium.
5. Menanam jenis pisang yang tahan terhadap FOC seperti Janten/Ketan, Muli, Tanduk, Raja Kinalun/ Pisang Perancis, FHIA-25 dan FHIA-17.
6. Pemakaian agensia hayati: Trichoderma sp, Gliocladium sp. dan Pseudomonas fluorescens. Pada prinsipnya penggunaan agensia hayati masih bersifat pencegahan. Agensia hayati digunakan pada saat tanam atau dimasukkan pada lubang tanam.
7. Jangan membawa atau memindahkan bahan tanaman (bibit pisang) dari lokasi yang telah terserang ke lokasi/daerah yang masih bebas penyakit.
8. Melakukan eradikasi atau pemusnahan dengan membasmi sumber bibit penyakit (tanaman sakit) dengan membongkar dan membakar atau penyuntikan menggunakan:
- Round up dengan takaran 12 cc untuk tanaman induk; 2,5 cc untuk anakan berumur 4-6 bulan (tinggi 50-100 cm) dan 1 cc untuk anakan berumur kurang dari 4 bulan (tinggi < 50 cm).
- Injeksi menggunakan minyak tanah dengan takaran 5 sendok makan untuk tanaman induk, 3 sendok makan untuk tanaman berumur 4-6 bulan dan 1-2 sendok makan untuk tanaman berumur kurang dari 4 bulan.
- Penyuntikan dilakukan 20-40 cm diatas leher akar untuk tanaman induk dan sekitar 10-15 cm untuk tanaman anakan. Penyuntikan dilakukan sampai pada bagian tengah (empulur) tanaman pisang dengan sudut kemiringan sekitar 60°.
9. Sterilisasi alat panen seperti pisau, parang atau golok dilakukan dengan desinfektan misalnya menggunakan bayclean atau alkohol. Alat pertanian lainnya seperti pacul, sekop dll., disarankan untuk selalu dicuci dengan sabun dan disterilkan, terutama ketika alat tersebut digunakan secara berpindah-pindah antar kebun.
Gambar 1. Layu Fusarium pada pisang.
Pengendalian penyakit layu bakteri:
1. Gunakan bibit sehat: Sama prosedurnya dengan persiapan bibit sehat untuk mengendalikan penyakit layu fusarium.
2. Lakukan sanitasi lahan yaitu disarankan tidak melakukan tumpang sari atau menanam pisang di lahan bekas pertanaman tomat, jahe, terung, rimbang/tekokak, meniran, leunca dan kelompok tomat-tomatan lainnya. Tanaman-tanaman tersebut diduga menjadi inang sementara bakteri R solanacearum.
3. Membuat drainase di kebun.
4. Pengendalian serangga penular: Basmi serangga ulat penggulung daun Erionata thrax L, pembasmian dapat dilakukan secara mekanis. Serangga lainnya yang diduga sebagai perantara adalah Chloropidae, Platypezidae dan Drosophilidae.
5. Pemakaian jenis pisang tahan: Pisang Raja Kinalun dengan nama lokal pisang Perancis, atau pisang Sepatu Amora yaitu sejenis pisang kepok yang tidak mempunyai jantung, sehingga terhindar dari penyakit layu bakteri yang disebarkan oleh serangga.
6. Pembungkusan buah dengan plastik transparan untuk menghalangi kedatangan serangga penular. Dilakukan saat keluar jantung atau paling lama saat sisir pertama muncul.
7. Jangan membawa atau memindahkan bahan tanaman (bibit) dari lokasi yang telah terserang ke lokasi/daerah yang masih bebas penyakit.
8. Sterilisasi alat: Sama prosedurnya dengan pengendalikan penyakit layu fusarium.
9. Eradikasi: Sama prosedurnya dengan pengendalikan penyakit layu fusarium.
Gambar 2. Layu bakteri/darah
pada buah pisang.
Gambar 3. Layu bakteri/darah
pada bonggol pisang.
2. Penyakit Bercak Daun Sigatoka
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Mycosphaerella musicola. Penyakit ini menyebabkan permukaan daun menjadi rusak dan mati sehingga menggangu proses fotosintesa (pemasakan makanan di daun), akibatnya produksi (kualitas dan kuantitas) menjadi menurun, buah masak sebelum waktunya, bahkan pada serangan berat mengakibatkan kematian tanaman.
Gejala awal penyakit terlihat pada daun ketiga atau keempat, berupa bercak kecil berwarna kuning pucat. Bercak atau garis-garis ini makin lama makin membesar dan memanjang sehingga membentuk bercak bulat telur dengan pusat mengering berwarna abu-abu. Pada tanaman muda biasanya ukuran bercak lebih lebar dibanding tanaman yang sudah tua.
Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain jenis pisang, umur tanaman, faktor iklim dan lain-lain. Jenis pisang komersial yang mudah terserang antara lain: kelompok Ambon (Cavendish dan Gross Michell), Mas, Barangan dan Raja sere. Kondisi lingkungan yang baik untuk perkembangan penyakit yaitu pada musim hujan.
Cara pengendaliannya yaitu dengan mengatur jarak tanam jangan terlalu rapat untuk mengurangi kelembaban, pemangkasan daun tua yang terserang, membuang/membakar serasah daun-daun yang terserang, penyemprotan fungisida sistemik berbahan aktif Benzimidazole dan Dithiocarbamate.
Gambar 4. Daun pisang yang terjangkit penyakit Sigatoka
3. Penyakit Kerdil Pisang (Banana Bunchy Top Virus/BBTV)
Penyakit kerdil pisang adalah penyakit virus yang paling berbahaya pada tanaman pisang. Di Indonesia, penyakit ini juga telah menyerang pada beberapa daerah seperti Jawa Barat, Lampung, Irian Jaya, Jambi dan Sumatera Barat.
Gejala awal dari penyakit ini sulit terdeteksi. Serangan lanjut terlihat dengan gejala kerdil, pemendekan ruas daun dengan daun-daun yang menyempit dan tegak, tepi daun biasanya menggulung dengan warna kekuningan. Sering dijumpai garis-garis hijau gelap pada tulang daun dan tangkai daun dan selanjutnya meluas ke arah batang semu. Gejala bercak hijau gelap sepanjang tulang daun akan kelihatan jelas pada permukaan bawah daun apabila dilihat ke arah cahaya.
Penyakit secara lokal ditularkan oleh kutu daun (Pentalonia negronervosa) yang tersebar pada tanaman sakit maupun pada tanaman sehat. Kutu ini biasanya tampak pada pangkal batang semu di permukaan tanah, diantara pelepah daun, juga pada anakan muda yang baru muncul di permukaan tanah. Pada kondisi lingkungan yang cocok, kutu daun juga ditemukan pada puncakbatang semu, berkelompok di sekitar leher daun dan pangkal tangkai daun. Embun madu yang dihasilkan kutu akan menarik semut untuk datang, sehingga kehadiran semut merupakan awal terdapatnya kutu daun. Penyebaran jarak jauh biasanya terjadi melalui
perpindahan bibit.
Cara pengendaliannya yaitu menanam bibit yang sehat, sanitasi kebun, pengendalian serangga penular dengan menggunakan insektisida sistemik,eradikasi/pembongkaran rumpun yang sakit.
Gambar 5. Pisang yang terjangkit penyakit kerdil.
Daftar Pustaka
Mulyani, Nina dkk. 2008. Teknologi Budidaya Pisang. Seri Buku Inovasi: TH/06/2008. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor
teriimakasih infonya
BalasHapusapakah ada jenis pestisida yang dijual untuk pembasmi penyakit pisang
BalasHapus