Sabtu, 23 Maret 2013

HATI Yang GEMBIRA adalah OBAT


 

Jika kita MARAH, selama 5 menit saja, maka imunitas sistem tubuh kita akan depressi 6 jam.

-Jika kita menyimpan kepahitan atau dendam, maka imunitas tubuh kita mati,disitulah bermula awal segala penyakit, STRESS, Kolesterol tinggi, pemicu Darah Tinggi, Jantung, rheumatik, arthritis, Stroke
(perdarahan/penyumbatan pembuluh darah).
Jika kita sering membiarkan diri kita STRESS, maka kita sering men...galami GANGGUAN PENCERNAAN.

-Jika kita sering merasa KHAWATIR, maka kita mudah terkena penyakit NYERI PUNGGUNG.

-Jika kita MUDAH TERSINGGUNG, maka kita akan cenderung terkena penyakit INSOMNIA (susah tidur).

-Jika kita sering mengalami KEBINGUNGAN, maka kita akan terkena GANGGUAN TULANG BELAKANG BAGIAN BAWAH.

-Jika kita sering membiarkan diri kita merasa TAKUT yang BERLEBIHAN, maka kita akan mudah terkena penyakit GINJAL.

-Jika kita suka ber-NEGATIVE THINKING, maka kita akan mudah terkena DYSPEPSIA (penyakit sulit mencerna)

-Jika kita mudah EMOSI dan cendrung PEMARAH, maka kita bisa rentan terhadap penyakit HEPATITIS.

-Jika kita sering merasa APATIS (tidak pernah peduli) terhadap lingkungan, maka kita akan berpotensi mengalami PENURUNAN KEKEBALAN TUBUH.

-Jika kita sering MENGANGGAP SEPELE semua persoalan, maka hal ini bisa mengakibatkan penyakit DIABETES.

-Jika kita sering merasa KESEPIAN, maka kita bisa terkena penyakit DEMENSIA SENELIS (memori dan kontrol fungsi tubuh berkurang).

-Jika kita sering BERSEDIH dan merasa selalu RENDAH DIRI, maka kita bisa terkena penyakit LEUKEMIA (kanker darah putih).

Mari kita selalu BERSYUKUR atas segala perkara yang telah terjadi, karena dengan bersyukur, maka "hati" ini menjadi BERGEMBIRA dan menimbulkan ENERGI POSITIF dalam tubuh untuk mengusir segala penyakit-penyakit tersebut diatas.

Selasa, 19 Maret 2013

Swasembada Daging : Antara Kenyataan dan Impian


Swasembada daging sapi telah direncanakan sejak tahun 2000 tetapi belum bisa terealisasi hingga tahun 2014. Pada tahun 2010, ditetapkan lima program utama program swasembada daging sapi tahun 2014 yaitu penyediaan bakalan sapi, peningkatan produktivitas dan reproduktivitas ternak sapi lokal, pencegahan pemotongan sapi betina produktif, penyediaan bibit sapi, dan pengaturan stok daging sapi dalam negeri.
Prof. Ir. Zaenal Bachrudin, M.Sc mengatakan  program percepatan swasembada daging yang dilihat dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki Indonesia. Kekuatan yang dimiliki Indonesia antara lain posisinya yang berada di garis khatulistiwa, produksi komoditi pertanian yang beraneka ragam, dan sumber tenaga kerja yang melimpah.
 “Kelemahan yang dimiliki Indonesia adalah sistem data nasional yang belum maksimal dan produksi yang didominasi oleh produk primer. Sementara itu, beberapa peluang ada untuk Indonesia antara lain komoditas pertanian Indonesia yang dibutuhkan pasar dunia umumny sudah dikenal pasar, meningkatnya kebutuhan dunia akan komoditi pangan dan bio fuel, serta tren konsumen untuk kembali ke “natural products”,” jelas Zaenal.
Di sisi lain Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA mengatakan salah satu solusi mengatasi ‘simalakama’ daging sapi ini, yaitu pemerintah harus menemukan titik keseimbangan ideal antara suplai dan demand daging sapi. Beberapa langkah yang bisa ditempuh antara lain mengevaluasi dan menetapkan angka kuota impor sapi dan daging sapi setiap triwulan pada tahun berjalan dengan melibatkan para pihak terkait.
“Dalam jangka pendek perlu duduk bersama para stakeholders terkait perdagingan sapi (pengusaha, pedagang, peneliti-akademisi, peternak) untuk merumuskan dan menentukan kembali titik keseimbangan suplai dan demand daging sapi di dalam negeri dengan dilandasi semangat kejujuran dan keterbukaan,”pungkas Ali 

Solusi Swasembada : Pembibitan Ternak Benahi Dulu


Belum adanya langkah kongkrit menyangkut pembibitan sapi menjadikan salahsatu titik lemah dari swasembada daging di indoneis,  hal ini  diakui oleh Direktur Jenderal Peternakan Deptan Tjeppy D Soedjana. Menurutnya usaha pembibitan sapi di Indonesia, belum ada. Yang ada adalah usaha sambilan dari usaha penggemukan sapi berhubung usaha pembibitan sapi memerlukan biaya besar dan untung terlalu kecil. "Jadi sapi-sapi yang mau digemukkan untuk dipotong yang betina diseleksi, lalu yang alat produksinya masih bagus diinseminasi buatan sehingga sebelum dipotong sudah ada anaknya lahir, lalu anak ini diseleksi lagi," katanya. 


Sementara itu, Dewan Pakar Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) Rochadi Tawaf, menilai bahwa pencapaian swasembada daging bukan semata tugas dan tanggung jawab Deptan melainkan diperlukan keterlibatan sektor lain, seperti Departemen Ke-uangan, pertanahan, pemerintah daerah, serta semua pihak yang terlibat terkait gizi dan protein.

Peneliti Indonesia Research Strategic Analisys (IRSA) Siti Adiprigandari menilai pembukaan keran impor daging sebesar-besarnya, membuat peternakan rakyat, termasuk industri penggemukan sapi potong, akan semakin tertekan. Sebab, mereka harus bersaing untuk memperoleh pasar di negeri sendiri. 


SWASEMBADA DAGING : AKAR MASALAH DAN SOLUSINYA



Sejak lebih dari enam bulan terakhir ini, tepatnya pascalebaran tahun lalu, harga daging sapi merangkak naik dari Rp. 60.000/kg dan puncaknya hingga minggu ini mencapai lebih dari Rp. 90.000/kg yang merupakan harga tertinggi di dunia (rata-rata 38-72 ribu rupiah/kg, Kompas, 4/2/2013).
Tingginya harga daging sapi ini juga memberikan dampak pada praktek bisnis kotor yang dilakukan oleh oknum tertentu, yaitu beredarnya daging sapi glonggongan. Praktek bisnis dengan memaksa memberi air minum sapi (dipompa melalui mulut) hingga 100 liter/ekor sampai sapi ‘teler’ gemetar dan pingsan sebelum dipotong, demi mengeruk keuntungan. Dapat dihitung berapa keuntungan yang diperoleh jika air yang terikut dalam daging misalnya separuhnya saja (50 kg) berarti ada potensi keuntungan 3,5 - 4 juta rupiah/ekor.
 Oleh karena praktek kotor bisnis daging sapi yang tidak memperhitungkan peri-kehewanan ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pernah mengeluarkan fatwa haram mengkonsumsi daging sapi glonggongan. Para pedagang bakso, konsumen mayoritas daging sapi di Indonesia, juga harus ‘berkreasi’ agar dapat bertahan dengan berbagai cara, misalnya substitusi daging sapi dengan daging lain (ayam, jerohan) bahkan ada yang nekat mencampurnya dengan daging babi yang sempat menghebohkan. Jadi dampak negatif tingginya harga daging sapi ini juga sampai pada moral hazard yang sangat merugikan konsumen.
Apa akar masalah dari tingginya harga daging sapi ? Tentu banyak pendekatan dan hasil analisis yang dapat menjelaskan akar masalahnya. Namun, hampir pasti kenyataan bahwa tidak seimbangnya antara suplai dan permintaan daging sapi menjadi menyebab utamanya. Kelangkaan ketersediaan barang akan menyebabkan tingginya harga. Jumlah penduduk Indonesia saat ini kurang lebih 240 juta jiwa. Rata-rata konsumsi daging sapi nasional per tahunnya berkisar 450 ribu ton. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di atas berarti konsumsi masyarakat kita kurang dari 2 kg/kapita/tahun. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pasokan daging sapi dipenuhi dari produksi dalam negeri dan dari luar negeri. Diperkirakan 70 % dipenuhi dari dalam negeri dan 30 % dari impor khususnya dari Australia.
Sejak tahun 1990, Indonesia mulai mengimpor sapi hidup dari Australia. Pada tahun 1990, impor sapi  8.061 ekor namun pada tahun-tahun berikutnya tumbuh dan berkembang sangat pesat bahkan secara eksponensial dengan rata-rata 2 kali lipat per tahun dan pada tahun 1997 mencapai 428.077 ekor atau naik 53 kali lipat, dan puncaknya pada tahun 2009 impor sapi hidup dari Australia mencapai 772.868 ekor yang merupakan rekor tertinggi sepanjang 20 tahun sejak 1990 (MLA, 2010). Apabila ditambah dengan nilai impor daging beku dan jerohan yang mencapai 110 ribu ton atau senilai 2,5 triliun (Statistik Peternakan, 2010), maka total nilai impor daging beku dan sapi hidup tahun 2009 mencapai 7,3 triliun rupiah. Akibat impor yang nampaknya sangat berlebihan inilah penyebab anjlok dan terpuruknya peternakan sapi lokal pada tahun 2009. Oleh karena itu dapat dipahami jika pemerintah bertekad untuk mengembangkan sapi agar tercapai swasembada daging sapi pada tahun 2014, salah satunya dengan cara mengendalikan impor daging sapi dan sapi hidup secara bertahap. Diakui atau tidak, kebijakan pemerintah khususnya pengaturan impor akan sangat memengaruhi suplai dan harga daging sapi di dalam negeri. Jika pada tahun 2009 terjadi over supply karena berlebihnya importasi, kondisi saat ini mungkin sebaliknya, yaitu terlalu terbatasnya suplai sehingga harga melambung.
Ketidak seimbangan supply-demand inilah yang menurut saya akar masalah dari melambungnya harga daging sapi. Dalam hal ini dapat dikatakan gagalnya peran pemerintah dalam menjaga dan mengatur keseimbangansupply-demand daging sapi. Mengapa hal ini bisa terjadi ? Ada beberapa kemungkinan yaitu asumsi yang tidak akurat terhadap prediksi potensi produksi daging sapi dalam negeri sehingga over estimate, atau terlalu rendahnya kuota impor atau kedua asumsi tersebut tidak akurat. Faktanya mencari sapi lokal tidak mudah dan tidak adanya stok yang siap untuk dipotong dan harganyapun juga tinggi. Tidak bermaksud menggugat akurasi data populasi sapi hasil sensus sapi yang menemukan angka populasi sapi mencapai 14,8 juta ekor, yang secara teori cukup memenuhi kebutuhan daging sapi dalam negeri. Namun perlu diperhatikan bahwa keberadaan sapi tersebut tersebar luas di seluruh pelosok Indonesia ini, sehingga mobilisasi ke pusat-pusat permintaan daging sapi menjadi tidak mudah. Disamping itu mayoritas (90%) ternak sapi dipelihara oleh para peternak rakyat dengan modus usaha sambilan, sehingga sapi dijual ketika peternak membutuhkan uang.  Jika mereka tidak membutuhkan uang, sapi tidak akan dijual. Fakta ini dapat dilihat di pasar-pasar hewan yang relatif sepi pada musim tertentu (awal musim tanam) dan melimpah pada kurun waktu tertentu seperti tahun ajaran baru saat anak masuk sekolah. Inilah ‘simalakama’ dan dilema per-sapi-an di Indonesia.
Satu-satunya solusi mengatasi ‘simalakama’ daging sapi ini adalah pemerintah harus menemukan titik keseimbangan ideal antara supply dan demand daging sapi. Langkah yang sebaiknya dilakukan adalah :
1.     Dalam jangka pendek ini, duduk bersama para stakeholders terkait perdagingan sapi (pengusaha, pedagang, peneliti-akademisi, peternak) untuk merumuskan dan menentukan kembali titik keseimbangan supply dan demand daging sapi di dalam negeri dengan dilandasi semangat kejujurandan keterbukaan.
2.     Mengevaluasi dan menetapkan angka kuota impor sapi dan daging sapi setiap triwulan pada tahun berjalan dengan melibatkan para pihak terkait.
3.     Bersungguh-sungguh (berjihad) dalam mengembangkan industri peternakan sapi di Indonesia melalui berbagai instrumen kebijakan yang memihak kepentingan nasional, mencapai program swasembada daging sapi tahun 2030 (bukan 2014).

Di saat kita berbicara tentang swasembada terutama swasembada daging sapi, ternyata masalahnya kompleks dan ini menjadi Pe Er kita bersama bukan???.

Referensi : di olah dari berbagai sumber .

a. http://ditjennak.deptan.go.id
b .ttp://udayrayana.blogspot.com
c. http://fapet.ugm.ac.id 

Rabu, 06 Maret 2013

Berbagai Minuman Penawar Racun

Air Putih
Dr Poonam Rathod, pakar kesehatan, mengatakan, konsumsi air putih secara teratur sesuai kebutuhan tubuh mampu membersihkan sistem pencernaan, serta menghilangkan racun dan sisa-sisa makanan yang menempel di usus. Ini membuat tubuh dan perut bersih dari limbah makanan.
Air Kelapa
Cairan ini bisa mendetoksifikasi tubuh secara alami. Selain membersihkan saluran pencernaan, minum air kelapa akan meningkatkan kekebalan tubuh dan bermanfaat menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan baik.
Jus Labu
Jus labu adalah obat alami yang sangat baik bagi mereka yang penderita masalah pencernaan dan keasaman. “Ini karena sifat basa-nya. Serat dalam sebotol jus labu juga menyembuhkan masalah pencernaan,” kata Dr Rathod.
Teh hijau adalah merupakan antioksidan alami yang mengandung polifenol, sehingga membantu meregulasi glukosa dalam darah. “Polyphenol menghambat pergerakan glukosa ke dalam sel-sel lemak, dan mencegah mereka memasuki aliran darah,” jelas Dr Rathod.
Jus Jeruk
Adalah sumber vitamin C, yang dikenal untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Jeruk kaya flavonoid, antioksidan, yang melindungi sistem kekebalan tubuh manusia dengan bertindak melawan kuman dan bakteri yang menyebabkan penyakit. Sebagai tips, minuman detoksifikasi ini akan lebih baik jika dikonsumsi sebelum sarapan.
susu bisa juga dijadikan penawar racun tubuh, karena bisa melarutkan racun, susu mempunyai sifat antidotum atau penawar racun apabila seseorang keracunan logam berat
tanaman tradisional ini juga bisa sebagai penawar racun bekas gigitan ular, karena jahe mengandung senyawa seskuiterpen, zingiberen, bisabolena, zingeron, oleoresin, kamfena, Vitamin A, B, dan C.

Kisah Nyata: Ketika Sri Sultan HB IX terkena tilang di Pekalongan

Kota batik Pekalongan di pertengahan tahun 1960an menyambut fajar dengan kabut tipis , pukul setengah enam pagi polisi muda Royadin yang belum genap seminggu mendapatkan kenaikan pangkat dari agen polisi kepala menjadi brigadir polisi sudah berdiri di tepi posnya di kawasan Soko dengan gagahnya. Kudapan nasi megono khas pekalongan pagi itu menyegarkan tubuhnya yang gagah berbalut seragam polisi dengan pangkat brigadir.
Becak dan delman amat dominan masa itu , persimpangan Soko mulai riuh dengan bunyi kalung kuda yang terangguk angguk mengikuti ayunan cemeti sang kusir. Dari arah selatan dan membelok ke barat sebuah sedan hitam ber plat AB melaju dari arah yang berlawanan dengan arus becak dan delman . Brigadir Royadin memandang dari kejauhan ,sementara sedan hitam itu melaju perlahan menuju kearahnya. Dengan sigap ia menyeberang jalan ditepi posnya, ayunan tangan kedepan dengan posisi membentuk sudut Sembilan puluh derajat menghentikan laju sedan hitam itu. Sebuah sedan tahun lima puluhan yang amat jarang berlalu di jalanan pekalongan berhenti dihadapannya.
Saat mobil menepi , brigadir Royadin menghampiri sisi kanan pengemudi dan memberi hormat.
“Selamat pagi!” Brigadir Royadin memberi hormat dengan sikap sempurna . “Boleh ditunjukan rebuwes!” Ia meminta surat surat mobil berikut surat ijin mengemudi kepada lelaki di balik kaca , jaman itu surat mobil masih diistilahkan rebuwes.
Perlahan , pria berusia sekitar setengah abad menurunkan kaca samping secara penuh.
“Ada apa pak polisi ?” Tanya pria itu. Brigadir Royadin tersentak kaget , ia mengenali siapa pria itu . “Ya Allah…sinuwun!” kejutnya dalam hati . Gugup bukan main namun itu hanya berlangsung sedetik , naluri polisinya tetap menopang tubuh gagahnya dalam sikap sempurna.
“Bapak melangar verbodden , tidak boleh lewat sini, ini satu arah !” Ia memandangi pria itu yang tak lain adalah Sultan Jogja, Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Dirinya tak habis pikir , orang sebesar sultan HB IX mengendarai sendiri mobilnya dari jogja ke pekalongan yang jauhnya cukup lumayan., entah tujuannya kemana.
Setelah melihat rebuwes , Brigadir Royadin mempersilahkan Sri Sultan untuk mengecek tanda larangan verboden di ujung jalan , namun sultan menolak.
“ Ya ..saya salah , kamu benar , saya pasti salah !” Sinuwun turun dari sedannya dan menghampiri Brigadir Royadin yang tetap menggengam rebuwes tanpa tahu harus berbuat apa.
“ Jadi…?” Sinuwun bertanya , pertanyaan yang singkat namun sulit bagi brigadir Royadin menjawabnya .
“Em..emm ..bapak saya tilang , mohon maaf!” Brigadir Royadin heran , sinuwun tak kunjung menggunakan kekuasaannya untuk paling tidak bernegosiasi dengannya, jangankan begitu , mengenalkan dirinya sebagai pejabat Negara dan Rajapun beliau tidak melakukannya.
“Baik..brigadir , kamu buatkan surat itu , nanti saya ikuti aturannya, saya harus segera ke Tegal !” Sinuwun meminta brigadir Royadin untuk segera membuatkan surat tilang. Dengan tangan bergetar ia membuatkan surat tilang, ingin rasanya tidak memberikan surat itu tapi tidak tahu kenapa ia sebagai polisi tidak boleh memandang beda pelanggar kesalahan yang terjadi di depan hidungnya. Yang paling membuatnya sedikit tenang adalah tidak sepatah katapun yang keluar dari mulut sinuwun menyebutkan bahwa dia berhak mendapatkan dispensasi. “Sungguh orang yang besar…!” begitu gumamnya.
Surat tilang berpindah tangan , rebuwes saat itu dalam genggamannya dan ia menghormat pada sinuwun sebelum sinuwun kembali memacu Sedan hitamnya menuju ke arah barat, Tegal.
Beberapa menit sinuwun melintas di depan stasiun pekalongan, brigadir royadin menyadari kebodohannya, kekakuannya dan segala macam pikiran berkecamuk. Ingin ia memacu sepeda ontelnya mengejar Sedan hitam itu tapi manalah mungkin. Nasi sudah menjadi bubur dan ketetapan hatinya untuk tetap menegakkan peraturan pada siapapun berhasil menghibur dirinya.
Saat aplusan di sore hari dan kembali ke markas , Ia menyerahkan rebuwes kepada petugas jaga untuk diproses hukum lebih lanjut.,Ialu kembali kerumah dengan sepeda abu abu tuanya.
Saat apel pagi esok harinya , suara amarah meledak di markas polisi pekalongan , nama Royadin diteriakkan berkali kali dari ruang komisaris. Beberapa polisi tergopoh gopoh menghampirinya dan memintanya menghadap komisaris polisi selaku kepala kantor.
“Royadin , apa yang kamu lakukan ..sa’enake dewe ..ora mikir ..iki sing mbok tangkep sopo heh..ngawur..ngawur!” Komisaris mengumpat dalam bahasa jawa , ditangannya rebuwes milik sinuwun pindah dari telapak kanan kekiri bolak balik.
“ Sekarang aku mau Tanya , kenapa kamu tidak lepas saja sinuwun..biarkan lewat, wong kamu tahu siapa dia , ngerti nggak kowe sopo sinuwun?” Komisaris tak menurunkan nada bicaranya.
“ Siap pak , beliau tidak bilang beliau itu siapa , beliau ngaku salah ..dan memang salah!” brigadir Royadin menjawab tegas.
“Ya tapi kan kamu mestinya ngerti siapa dia ..ojo kaku kaku , kok malah mbok tilang..ngawur ..jan ngawur….Ini bisa panjang , bisa sampai Menteri !” Derai komisaris. Saat itu kepala polisi dijabat oleh Menteri Kepolisian Negara.
Brigadir Royadin pasrah , apapun yang dia lakukan dasarnya adalah posisinya sebagai polisi , yang disumpah untuk menegakkan peraturan pada siapa saja ..memang Koppeg(keras kepala) kedengarannya.
Kepala polisi pekalongan berusaha mencari tahu dimana gerangan sinuwun , masih di Tegalkah atau tempat lain? Tujuannya cuma satu , mengembalikan rebuwes. Namun tidak seperti saat ini yang demikian mudahnya bertukar kabar , keberadaa sinuwun tak kunjung diketahui hingga beberapa hari. Pada akhirnya kepala polisi pekalongan mengutus beberapa petugas ke Jogja untuk mengembalikan rebuwes tanpa mengikut sertakan Brigadir Royadin.
Usai mendapat marah , Brigadir Royadin bertugas seperti biasa , satu minggu setelah kejadian penilangan, banyak teman temannya yang mentertawakan bahkan ada isu yang ia dengar dirinya akan dimutasi ke pinggiran kota pekalongan selatan.
Suatu sore , saat belum habis jam dinas , seorang kurir datang menghampirinya di persimpangan soko yang memintanya untuk segera kembali ke kantor. Sesampai di kantor beberapa polisi menggiringnya keruang komisaris yang saat itu tengah menggengam selembar surat.
“Royadin….minggu depan kamu diminta pindah !” lemas tubuh Royadin , ia membayangkan harus menempuh jalan menanjak dipinggir kota pekalongan setiap hari , karena mutasi ini, karena ketegasan sikapnya dipersimpangan soko .
“ Siap pak !” Royadin menjawab datar.
“Bersama keluargamu semua, dibawa!” pernyataan komisaris mengejutkan , untuk apa bawa keluarga ketepi pekalongan selatan , ini hanya merepotkan diri saja.
“Saya sanggup setiap hari pakai sepeda pak komandan, semua keluarga biar tetap di rumah sekarang !” Brigadir Royadin menawar.
“Ngawur…Kamu sanggup bersepeda pekalongan – Jogja ? pindahmu itu ke jogja bukan disini, sinuwun yang minta kamu pindah tugas kesana , pangkatmu mau dinaikkan satu tingkat.!” Cetus pak komisaris , disodorkan surat yang ada digengamannya kepada brigadir Royadin.
Surat itu berisi permintaan bertuliskan tangan yang intinya : “ Mohon dipindahkan brigadir Royadin ke Jogja , sebagai polisi yang tegas saya selaku pemimpin Jogjakarta akan menempatkannya di wilayah Jogjakarta bersama keluarganya dengan meminta kepolisian untuk menaikkan pangkatnya satu tingkat.” Ditanda tangani sri sultan hamengkubuwono IX.
Tangan brigadir Royadin bergetar , namun ia segera menemukan jawabannya. Ia tak sangup menolak permntaan orang besar seperti sultan HB IX namun dia juga harus mempertimbangkan seluruh hidupnya di kota pekalongan .Ia cinta pekalongan dan tak ingin meninggalkan kota ini .
“ Mohon bapak sampaikan ke sinuwun , saya berterima kasih, saya tidak bisa pindah dari pekalongan , ini tanah kelahiran saya , rumah saya . Sampaikan hormat saya pada beliau ,dan sampaikan permintaan maaf saya pada beliau atas kelancangan saya !” Brigadir Royadin bergetar , ia tak memahami betapa luasnya hati sinuwun Sultan HB IX , Amarah hanya diperolehnya dari sang komisaris namun penghargaan tinggi justru datang dari orang yang menjadi korban ketegasannya.
July 2010 , saat saya mendengar kepergian purnawirawan polisi Royadin kepada sang khalik dari keluarga dipekalongan , saya tak memilki waktu cukup untuk menghantar kepergiannya . Suaranya yang lirih saat mendekati akhir hayat masih saja mengiangkan cerita kebanggaannya ini pada semua sanak family yang berkumpul. Ia pergi meninggalkan kesederhanaan perilaku dan prinsip kepada keturunannya , sekaligus kepada saya selaku keponakannya. Idealismenya di kepolisian Pekalongan tetap ia jaga sampai akhir masa baktinya , pangkatnya tak banyak bergeser terbelenggu idealisme yang selalu dipegangnya erat erat yaitu ketegasan dan kejujuran .
Hormat amat sangat kepadamu Pak Royadin, Sang Polisi sejati . Dan juga kepada pahlawan bangsa Sultan Hamengkubuwono IX yang keluasan hatinya melebihi wilayah negeri ini dari sabang sampai merauke.
Depok June 25′ 2011
Aryadi Noersaid
Update terakhir tentang penulis artikel: Bp Aryadi Noersaid saat ini tinggal di Depok, Saya sempat konfirmasi via SMS kepada penulis untuk memastikan dan meminta comment atau pernyataan dari beliau.
Setelah menunggu beberapa waktu saya mendapat respon dari Bp Aryadi Noersaid. Saya copy dari comment beliau. dan terima kasih pak respon kilatnya:
Aryadi Noersaid (aryadi17@yahoo.com)


Dari berita dari tribun joga yang juga mencari langsung ke narasumber resmi setelah kisah Sri Sultan Terkena Tilang dipekalongan. Ternyata Ngarsa Dalem ditilang di Semarang. Narasumber adalah Putera putri dari Bp Royadin. Berikut beritanya. baca selengkapnya di: http://jogjakini.wordpress.com/2012/04/12/sedikit-revisi-lokasi-kejadian-ketika-sri-sultan-hb-ix-terkena-tilang/